Aulia putri baru saja selesai mandi sore itu. Ia
hanya mengenakan handuk kuning kesayangannya. Hujan turun deras dari sejam yang
lalu. Rumahnya kosong. Ia berdiri di depan cermin kamarnya sambil mengeringkan
rambutnya. Iseng-iseng ia melepas handuknya. Hmm tubuhnya indah dan kencang.
Payudaranya menggantung ibarat mangga yang mengkal, perutnya rata. Aulia meraba
buah dadanya, turun ke perutnya, hingga selangkangannya dengan bulu yang
tercukur rapi. Usianya baru 22 tahun. Mendadak petir menggelegar kencang.
bersamaan dengan itu listrik mendadak padam.”Aih… sialan.” Gerutunya. Ia
mengingat-ingat dimana ia meletakkan lilin dan korek api. Di dapur.
Dengan meraba-raba ia bergerak ke dapur, “Ah. dak
ado yang jingok jg” Katanya dalam hati. Aulia membiarkan tubuhnya telanjang
bulat mengendap ke dapur rumahnya. Ia terkesiap melihat pintu belakang terbuka
lebar. Dan sebelum sempat bereaksi sepasang tangan yang kekar menyergapnya.
Aulia meronta dan menjerit sebisanya. Namun tangan yang lain membekap mulutnya.
Tubuhnya diangkat dan dibopong dengan mudah.
Dalam keremangan Aulia dapat melihat ada sekitar
5 atau 6 lelaki bertubuh besar di dalam ruangan itu. Mereka membopong Aulia ke
kamar tidurnya. Tubuh telanjangnya direntangkan di kasur. Mendadak lampu
menyala. Aulia menjerit jerit dan meronta. namun suaranya tenggelam oleh
derasnya hujan. Kini ia dapat melihat ada 6 lelaki di ruangan itu.
Mereka basah kuyup. Mengenakan topeng kupluk yang
menyisakan mulut dan mata mereka. “Jangan kak… Jangan….” Aulia mulai menangis
melihat mereka mulai membukai pakaian masing-masing. Ia dapat melihat
batang-batang penis mereka mengacung keras. bagaimana tidak, ia terlentang
telanjang bulat di ranjangnya. Sementara 2 orang memegangi tangannya di sudut.
“Ikat tangannyo.” Salah seorang dari mereka, pimpinannya, memerintahkan.
seorang dari mereka membongkar lemari pakaian Aulia dan mengambil 2 jilbabnya
yang panjang kemudian tanpa memperdulikan tangis gadis itu mereka mengikat
Aulia dengan jilbabnya sehingga kedua tangannya terentang lebar.
Kemudian pemimpinnya yang bertubuh besar mulai
menindihinya. Sementara kedua kakinya direntangkan lebar-lebar. Aulia tak
sanggup melawan. Ia hanya bisa memalingkan wajahnya dan menangis sesenggukan
ketika buah dadanya mulai dikenyot-kenyot. Dikulum dan digigit-gigit. Tubuhnya
lemas.. Mendadak lelaki itu mencengkram wajahnya dan memaksa melumat bibirnya.
Aulia meronta sebisanya,”MMmmhh… sssp… mmmhhh…” Ia merasa sangat dilecehkan.
Salah seorang dari mereka membuka jendela lebar-lebar. Kemudian menempelkan
pisau di leher gadis itu.”Diem Bae… Nurut.. Kalo dak galak digorok! Ngerti!!?”
Aulia menggigit bibirnya dan menangis sesenggukan. Ia benar-benar tak berdaya.
Dapat dirasakannya penis raksasa pemerkosanya tengah menggosok-gosok bibir
vaginanya, siap mendobrak masuk.
“AKKKHHHHHH!!!” Aulia meregang kesakitan ketika
lelaki itu menekan memaksakan batangnya yang berdiameter cukup besar masuk ke
selangkangannya. Tanpa ampun lelaki itu mencengkeram bahu Aulia sehingga ia
dapat menyodok sedalam-dalamnya.
“AKhhhhh luar biasa sempitnyo punyo gadis ini…!!”
Lelaki besar itu mengerang penuh kenikmatan. ia mulai menggenjot vagina Aulia
yang kering itu. Aulia mengerang kesakitan. Perih dan pedih. Ia merasa seakan
tubuhnya akan dibelah dua. “Akhhh!! Akhhh!!! Sssakitt kakk…. Akhhh! Akhhmmmphhhmm…!!!!
MMMP!!” Teriakan Aulia terpotong karena seseorang dari mereka menjejalkan
penisnya ke mulut Dian. Sementara yang lain sibuk meremas-remas dadanya.
Terkadang dengan brutal menarik-nariknya. “AKHHHH
luar biassaaaaaa…!” Pemerkosanya meregang keras sebelum spermanya memuncrat
mengisi rahim Aulia. Ia mencengkeram erat pinggul gadis itu. Menghabiskan
maninya. Aulia hanya mampu meringis kesakitan. Mulut dibungkam dengan batang
kemaluan yang besar, keras. “Akhhh….,” pemimpinnya mencabut kemaluannya yang
mengecil dari vagina Aulia yang bengkak memerah. “Ayo giliran!” Lelaki
selanjutnya segera mengambil posisinya. Mulai menyetubuhi Aulia seperti anjing.
“Akh! Akh!! Lonte! khh!!!” Sementara salah seorang dari mereka duduk di dada Aulia, menggosok batangnya diantara kedua buah dada gadis itu. “Akhhh ” ketika muncrat ia dengan mantap menjejalkan batang kemaluannya ke mulut Dian. Aulia terengah-engah. merasa mual ketika sperma yang hangat dan kental itu disemburkan ke dalam mulutnya. Mereka terus bergantian menyetubuhi gadis itu.
“Akh! Akh!! Lonte! khh!!!” Sementara salah seorang dari mereka duduk di dada Aulia, menggosok batangnya diantara kedua buah dada gadis itu. “Akhhh ” ketika muncrat ia dengan mantap menjejalkan batang kemaluannya ke mulut Dian. Aulia terengah-engah. merasa mual ketika sperma yang hangat dan kental itu disemburkan ke dalam mulutnya. Mereka terus bergantian menyetubuhi gadis itu.
Malam semakin larut. Hujan telah berhenti. Aulia
putri tergeletak lemas di ranjangnya. Vaginanya becek oleh mani pemerkosanya.
Demikian juga dada dan perutnya. Ikatan tangannya telah dilepas namun ia tak
mampu berdiri. Aulia putri hanya mampu menangis sesenggukan. Para pemerkosanya
masih memperhatikannya, mereka tengah beristirahat. Sebagian membongkar isi
kulkas dan mengisi perut mereka. Mereka belum puas mengerjai Aulia.
Tiba-tiba salah seorang dari mereka berdiri dan
menjambak rambut Aulia yang pendek. “AAHHH Ampun Kak!!! Ampunn…” ia menyeret
gadis itu ke ruang tamu yang memiliki banyak jendela. Lampu dihidupkan. Aulia
merinding karena walaupun rumahnya bertingkat, beberapa rumah diseberang jalan
juga bertingkat sehingga mungkin saja orang dapat melihatnya telanjang bulat.
Lampu yang dihidupkan membuat ruang tamunya bagai aquarium. Mereka
menelungkupkan Aulia di meja tamu. “Jangan meronta biar dak sakit.. he he he”
Sambil berkata seperti itu Ia mulai melesakkan batang kemaluannya ke dubur
gadis itu. Keras dan cepat. membuat tubuh Aulia meregang
kesakitan.”AAAAAAAAAAHHHH!!!! SAAAkitttt!!! Jangan disodomi KAK!!! akkkhhh!!!
AMPUNN!!!” Aulia putri menjerit kesakitan. Anusnya perih dan pedih hingga ke
pusarnya.
Pemerkosanya menjambak Aulia sehingga wajahnya
menengadah. melihat ke jendela paling besar. “Akhh Akhhh nikmat nian duburmu!”
Aulia akhirnya hanya mampu menangis. Pandangannya berkunang-kunang menahan
sakit dan perih di anusnya. Mereka bergiliran mensodomi Aulia dimeja itu. Sebagian
mengeluarkan maninya didalam anus Dian. kemudian memaksanya membersihkan batang
kemaluan mereka dengan mulutnya. Aulia hanya sanggup menangis menahan muntah
membayangkan bahwa yang dirasakannya adalah aroma pantatnya sendiri. ia hanya
berharap mereka puas mengerjainya dan meninggalkannya. Sebagian lagi
menyemburkan sperma mereka ke punggung dan rambut Dian.
Aulia tergeletak lemas telanjang bulat diatas
lantai kayu di ruang tamunya. Tubuhnya berkilat oleh peluhnya, peluh pemerkosa,
dan mani kental berleleran disekujur tubuhnya. Ia hanya sanggup menangis. Tapi
siksaan belum usai. “Capek yoo?? he he he.. ayo kami traktir minum!” Mereka
menjambak rambutnya dan menyeretnya lagi ke kamar mandi.
Aulia tak sanggup meronta lagi. Aulia
dilentangkan di lantai kamar mandi. Mereka tertawa-tawa melihat gadis itu.
Kemudian salah seorang dari mereka duduk di dadanya, ‘Buka mulut sayang..”
Aulia hanya pasrah saja ketika batang kemaluan lelaki itu yang lemas dijejalkan
ke mulutnya. Mendadak ia merasakan cairan hangat anyir mengisi mulutnya. Lelaki
itu mulai mengencinginya. Aulia berusaha meronta namun yang lain menjambak
rambutnya dan menekannya ke lantai. Mereka tertawa-tawa nmelihat Aulia
kelabakan berusaha keras menelan air kencing itu supaya tidak tersedak,
sebagian besar meluap dari mulutnya. Aulia terbatuk-batuk. Belum pernah ia
dilecehkan seperti itu. Puncaknya mereka berlima mengencingi sekujur tubuh
Aulia putri… Terutama wajah dan dadanya.
Menjelang fajar ketika keenam lelaki itu
meninggalkan Aulia berbaring telanjang bulat tak sadarkan diri di lantai kamar
mandinya. Bermandikan air kencing..