About Me
Stop untuk menjadi manusia munafik mengatas namakan agama

Andi kemarin sore menjemputku seperti biasa di kantor, lalu kami jalan ke sebuah restoran di Kemang. Seperti biasa Andi memesan steak kesukaannya, sementara aku memilih fillet salmon dengan saus cream, mmm… enak banget, apalagi ditemani Andi.
Selesai makan andi bertanya,”In.. mau nggak kamu nikah sama aku?”
Aku tersentak, senang, kaget, bercampur takut… Takut? Ya, artinya Andi sudah sangat serius mau menikah denganku, tapi aku takut karena berarti aku harus menceritakan sesuatu yang selama ini aku sembunyikan dibalik Jilbabku ini.
“Kamu serius Ndi…?”
“Lho emang selama ini aku nggak serius sama kamu”
“Nggak sih, maksudku…”
Aku nggak sanggup bicara jujur… Aku harus mengakui bahwa aku sudah tidak perawan lagi, aku pernah berhubungan badan dengan pacar-pacarku dulu.
“Kenapa, kamu nggak mau menikah sama aku”, Andi mulai menyelidik
“Aku tidak seperti yang kamu bayangkan Ndi…”
“Maksudmu?”
“Apa kamu mau menerima aku apa adanya?”, aku ingin sekali mengatakannya, tapi aku takut, malu…
“Ada apa In… Apa ada yang perlu aku tahu tentang kamu?”, Andi bertanya lagi
Aku menunduk, kupejamkan mataku sebentar. Aku bulatkan tekadku untuk jujur. Aku harus jujur pada Andi, lebih baik dia tahu sekarang daripada nanti saat malam pengantin tiba. Harus kuambil resiko itu.
“Ada yang perlu kamu tahu…”
Aku terdiam sebentar
“Kamu mengenalku seperti sekarang ini, sudah bekerja, berjilbab…”
“Ya memang, lalu…”
“Sebenarnya aku… maksudku masa laluku tidak seperti ini”
Aku kembali terdiam
“Indah, aku nggak ngerti apa yang kamu maksud. Coba katakan deh..”, Andi mulai tidak sabar
“Andi…”
Aku memegang tangan Andi.
“Maafkan aku Ndi… Aku tidak bisa memberikan mahkotaku padamu, aku sudah tidak perawan lagi”, akhirnya aku memberanikan diri mengatakannya
Andi melepas tanganku, dia bersandar di kursinya. Memandangku tajam, kulihat ada rasa kecewa di sinar matanya. Dia menghela nafas.
Aku menunduk, malu, sedih, takut… Aku takut Andi meninggalkanku setelah tahu keadaanku.
“Siapa lelaki yang beruntung itu?”, suara Andi agak bergetar menanyakannya.
“Irham, pacarku waktu tingkat 1”, jawabku pelan, nyaris berbisik.
“Berapa kali kamu melakukannya…lebih dari sekali?”, tanya Andi menyelidik.
“Beberapa kali Ndi…”
“Sering?”
“Cukup sering…”, aku tidak berani mengatakan kalau aku dan Irham hampir setiap minggu sekali berhubungan badan. Padahal kami berpacaran lebih dari setahun saat itu, jadi sudah puluhan kali aku melakukannya bersama Irham.
Pikiranku menerawang ke masa laluku. Terus terang mungkin sudah ratusan kali aku berhubungan sex. Setelah Irham ada Edo, lalu Fanny, Johan, Agung dan setelah itu … masih ada Dion. Mereka semua pernah menikmati tubuhku. Bahkan aku dan Dion melakukannya setelah aku mengenakan Jilbab. Belum lagi Dion pernah atau lebih tepatnya sering mengajak teman-teman bandnya untuk … ah aku tidak ingin mengingatnya lagi. Entah apa namanya, yang jelas mereka ramai-ramai melakukannya kepadaku…
“Berapa kali kamu berpacaran In?”, pertanyaan Andi semakin menyudutkanku.
“Tujuh orang, termasuk kamu…”
“Irham pacarmu yang keberapa?”
Aku terdiam… Pertanyaan Andi sangat menusuk perasaanku… tapi aku tidak mau berbohong.
“Pertama…”
“Lalu dengan yang lainnya?”
“Maksudmu?”
“Ya, apakah kamu juga melakukannya dengan pacarmu setelah Irham?”
Aku menarik nafas dalam-dalam.
“Ya…”
“Semuanya? Semua pacarmu?”
Aku menunduk, air mataku mulai menetes. Tak pernah terpikir sebelumnya kalau aku harus menghadapi saat seperti ini. Ketika itu yang aku pikirkan hanyalah kesenangan, gairah yang mengalir dan puncak kepuasan. Tapi sekarang …
“Iya Ndi, kecuali kamu…”
“Mungkin belum…”, jawab Andi seenaknya
“Andi, kok kamu bicara begitu. Aku ingin jujur sama kamu Ndi.. Karena aku menghargai kamu, aku menyayangimu, aku nggak mau kamu kecewa”
“Yang jelas kamu sudah mengecewakanku…”
“Maafkan aku Ndi… tapi inilah aku…aku nggak maksa kamu mau menerimaku lagi setelah kamu tahu..”
“Kamu pernah hamil?”
“Nggak…”
“Jadi pake kondom?”
“Nggak pernah… biasanya kalo pas masa subur aku minta supaya dikeluarin diluar”
“Kalo nggak masa subur?”
“Ya didalem…”
“Waktu itu kamu telanjang di depan pacarmu?”
Lama kelamaan Andi seperti detektif pertanyaannya.
“Ya… nggak tentu juga…”
“Jadi udah ada 6 orang sebelum aku yang menikmati tubuhmu…”
“Aku bukan pelacur Ndi, mereka itu semua pacarku…aku melakukannya suka sama suka”
“Tapi sudah 6 orang!!!”
“Sebenarnya lebih Ndi…”, aku menjawab lirih.
“Lah, pacarmu sebelum aku ada 6 orang, lalu?”
“Aku sering melakukannya dengan teman-teman band Dion…”, aku terpaksa mengaku.
“Rame-rame?”, Andi kaget.
Kali ini aku menjawab dengan anggukan kepalaku.
“Bukannya Dion pacarmu yang terakhir?”
“Iya”
“Waktu itu kamu udah berjilbab?”
“Belum, sebelum aku berjilbab, hampir setiap abis mereka latihan aku melakukannya. Tapi setelah berjilbab teman-teman Dion masih tetap suka untuk berhubungan sex. Malah belakangan tidak jarang aku melayani dua tiga orang sekaligus…”
“Jadi kamu melakukan itu bukan paksaan, bukan diperkosa?”
“Nggak, aku percaya aku bisa menyenangkan Dion dengan berbuat begitu..”
“Lalu kenapa kamu putus dengan Dion?”
“Dia penisnya kecil, dia tidak pernah bisa memuaskanku…”
Terdengar helaan nafas lega dari Andi.
“Bagaimana dengan yang lainnya?”
Aku hanya diam saja… sebenarnya teman-teman Dion penisnya besar-besar dan aku sangat menikmatinya…
“Kamu menikmatinya?”
“Ndi… saat itu aku melakukannya tidak untuk uang…”, aku agak tersinggung mendengar pertanyaannya.
Andi terdiam, menatapku, dari atas kepala sampai ke ujung kaki. Aku merasa jengah sekali, sepertinya dia bisa menembus jilbab dan pakaianku dan melihatku duduk telanjang di depannya. Mungkin dia berusaha membayangkan aku melakukan hubungan sex bersama orang lain.
“Aku masih sayang kamu Indah…”, perkataan Andi seolah air yang begitu menyejukkanku.
“Betul Ndi? Setelah kamu tahu seperti apa aku sebenarnya…”, aku tak percaya begitu saja.
“Ya, ambil positifnya saja… berarti aku nggak perlu ngajarin kamu lagi”, kata Andi sambil tertawa.
Aku cemberut, tapi dalam hatiku aku legaaa sekali…

Pagi-pagi ini Andi sudah menelponku.
“In, ntar makan siang aku jemput kamu ya. Kita makan siang keluar…”
Setelah pengakuanku kemarin, suara Andi kali ini terasa begitu ceria. Aku merasa lega sekali.
“Ok, nanti aku ijin sama Mbak Netta”, aku menyetujui ajakannya.
“Jam 11-an ya aku disana”
Telepon ditutup, rasanya aku ingin teriak sekeras-kerasnya. Aku bahagia. Andi ternyata memang sayang padaku. Dia bisa menerimaku apa adanya. Mbak Netta cuma senyum-senyum dan mengiyakan saat aku minta ijin untuk keluar makan siang dengan Andi siang ini.
Tepat jam 11, Andi menelponku lagi.
“Aku udah di bawah In…”
Kulongok lewat jendela, mobil Andi sudah menunggu di depan kantorku. Aku segera turun ke bawah, dan masuk ke mobil. Andi segera menyambutku dan mencium bibirku. Aku agak kaget, tidak biasanya Andi seperti ini. Andi hanya pernah menciumku sekali sewaktu aku ulang tahun. Itu pun hanya di pipi, tidak di bibir seperti barusan.
“Idih Andi, kok tumben pake cium-cium segala. Malu ah, dilihatin orang tuh…”, kataku sambil menunjuk orang yang lalu lalang di depan kantorku.
“Sekali-kali nggak apa-apa dong nyium calon istriku”, jawab Andi sambil menjalankan mobilnya.
Aku senang sekali, Andi menyebutku sebagai calon istri. Padahal aku belum menjawab permintaan Andi semalam.
“Rasanya aku belum menjawab lamaran kamu semalam deh, kok bisa-bisanya bilang calon istri”, candaku.
“Memang belum, tapi kamu kan pacarku. Pacar kan sinonimnya calon istri kalo nggak keburu putus…ha..ha..ha…”
Setelah itu kami makan siang. Rasanya hari ini Andi riang sekali, aku pun ikut senang karena ini berarti Andi tidak lagi kecewa.
Saat mengantar ke kembali ke kantor, sebelum aku turun dari mobil, Andi memanggilku,”Indah…”
“Kenapa ndi…”
“Boleh aku cium kamu sekali lagi”
Aku tersenyum dan mengangguk. Andi segera mengulum bibirku, tapi kali ini dia tidak berhenti sampai disitu. Tangan kanannya memegang payudara kiriku dan meremas-remasnya. Aku sempat kaget, tetapi gairah ciuman dan remasan Andi membuatku membalas mengulum.
Akhirnya Andi melepas ciumannya. Nafas kami mulai memburu.
“In, aku jalan dulu ya. Besok malam aku jemput kamu ya, kita nonton di Senayan City”, ajak Andi.
Aku setuju. Dan berjalan masuk kantor kembali. Sesampainya di mejaku, aku sempat berpikir, apa yang membuat Andi hari ini begitu ceria. Tapi aku tidak mau larut, kerjaanku masih banyak.
**************
Aku nggak tahu apa ini cuma perasaanku saja. Sepertinya Andi sengaja melakukan hal-hal yang mempermalukanku dimuka umum. Tadi sore, saat pergi menonton bioskop, Andi berani membuka celana jeans dan CDku. Memang saat itu tidak terlalu ramai, dan kami berada di urutan paling belakang, tetapi tetap saja 3 kursi dariku ada sepasang remaja yang bolak-balik melirik ke arahku. Memang saat itu celana jeans dan CDku sudah berada di bawah lutut.Aku agak jengah dan malu tetapi jemari tangan Andi yang bermain di vaginaku membuat hasrat birahiku naik. Tak perduli aku memakai jilbab diatas, bagian bawahku kubiarkan terbuka padahal aku yakin si cowok remaja itu melihat semuanya. Apalagi saat vaginaku mulai basah, tiba-tiba film selesai dan byar… lampu dinyalakan. Kontan aku panik, menaikkan celanaku pasti akan menarik perhatian. Celakanya lagi kedua remaja itu harus melewatiku untuk bisa keluar. Akhirnya aku cuma bisa menutup vaginaku dengan telapak tangan, karena tasku terjatuh ke bawah kursi. Andi cuma senyam-senyum saja ketika mereka melewatiku sambil cekikikan. Aku yakin mereka mentertawakanku karena jelas sekali bagian bawah tubuhku sudah bugil.Setelah mereka lewat buru-buru aku naikkan CD dan celana jeansku, karena ku lihat cleaning service mulai masuk untuk membersihkan ruangan. Aku malu sekali saat itu…
*********
Tadi siang andi menjemputku untuk makan siang. Aku ikut saja tanpa prasangka apa2. Ternyata di daerah Cawang tiba-tiba Andi membelokkan mobilnya masuk ke suatu kompleks. Semula aku pikir itu adalah semacam perumahan, ternyata di dalam aku melihat semacam cottage dengan pintu garasi. Ada yang terbuka dan tertutup.
Andi segera memasukkan mobilnya ke salah satu garasi yang terbuka. Segera setelah itu pintu rolling door garasi ditutup oleh penjaga. Kami keluar dan menuju pintu. Ternyata itu adalah sebuah kamar yang dindingnya dipenuhi cermin.
Aku segera berpikir, jangan-jangan Andi punya niat jelek terhadapku. “Ndi, apa maksudnya ini?”
“Tenang In, aku ingin melewati siang ini berdua denganmu”
“Maksudmu?”
Andi tidak menjawab melainkan mulai menciumi dan mencumbuku. Aku terdiam, tegang tetapi juga tidak protes. Akhirnya Andi mulai melucuti pakaianku satu persatu, hingga aku berdiri telanjang bulat dihadapannya.
“Andi…”
“In, aku sayang kamu. Ijinkan aku membuktikannya padamu”, kata Andi.
Aku terdiam…
Tiba-tiba terdengar pintu diketuk. Andi segera membuka pintu. “Andi tunggu…”, aku belum sempat protes dan tanpa memperdulikan keadaanku yang masih telanjang bulat dia membuka pintu lebar-lebar. Ternyata ada seorang pelayan meminta pembayaran. Aku panik mencoba menutupi payudaraku, tetapi malah membiarkan vaginaku terbuka. Si pelayan tampak biasa-biasa saja melihatku telanjang. Andi dengan tenang mengambil dompetnya dan memberika kartu kreditnya. Setelah itu pelayan tersebut pergi. Andi membiarkan pintu masih terbuka.
“Apa-apan sih ndi, aku kan telanjang. Masa kamu biarkan pelayan itu melihatku begini!”, aku memprotes Andi.
“Nggak apa-apa kok, dia sudah biasa melihat perempuan telanjang. Kamu lihat kan ekpresinya…”

“Tapi aku malu Ndi…”
“Udah nggak usah ribut…”, suara Andi agak keras kali ini.
Kemudian Andi mulai menciumiku lagi, ia membuka retsletingnya dan mengeluarkan penisnya yang sudah mulai tegang. Andi membawaku ke tempat tidur dan segera menindihku. Bibirku dilumatnya dengan gemas dan umph… terasa batang penisnya yang tegang masuk ke dalam vaginaku. Ya Tuhan, aku melakukannya lagi… padahal aku sudah berjanji untuk tidak mengulangi kesalahanku lagi…
Permainan ganas Andi semakin melenakanku. Aku membalas, kubuka semua pakaian Andi, kemudian aku membalik tubuhnya dan duduk di perut Andi. Penisnya segera kumasukkan dalam vaginaku yang sudah basah, dan kugoyangkan pinggulku. Tak terasa aku mendesah keras-keras… Aku semakin mendekati orgasme…dan ahhh… aku merasakan nikmat yang luar biasa. Tubuhku seperti bergetar hebat, orgasme kali ini terasa begitu menyenangkan setelah lama aku tidak merasakannya.

Tetapi Andi belum juga orgasme, kugoyangkan pinggulku lebih keras lagi, terasa penisnya semakin tegang dalam vaginaku dan croot… Bersamaan dengan keluarnya sperma Andi menyemprot dalam rahimku aku mendengar suara orang di sebelah tempat tidur, rupanya pelayan tadi sudah kembali untuk meminta tanda tangan pembayaran dengan kartu kredit. Entah berapa lama dia sudah ada disana sementara kami asyik bergoyang melakukan hubungan seks.
Aku berusaha menutupi tubuhku, tetapi rupanya Andi belum selesai, ia menarik tanganku ke pinggulku sambil membantu menggerakkan pinggulku. Aku bingung, malu dilihat orang lain, tetapi Andi masih belum selesai… croot…croot… terasa sperma Andi kembali menyemprot. Aku menggigil, antara nikmat, tegang dan malu bercampur aduk. Kami terus bergoyang sampai penis Andi mulai melemas.
Akhirnya Andi melepaskan pegangannya, dan menidurkan aku disampingnya. Aku pasrah menikmati sensasi itu, aku berbaring lemas dan membiarkan tubuhku dinikmati pelayan tadi. Andi menandatangani tagihannya sambil telanjang, kemudian pelayan itu pergi.
“Andi, kok kamu tega membiarkan pelayan itu melihat kita. Aku malu sekali Ndi…”
Andi tidak menjawab, hanya mengambil jilbabku untuk mengelap penisnya yang belepotan sperma dan cairan vaginaku.
“Andi, jangan pake jilbab dong, nanti kan lengket…bau mani lagi, ntar orang dikantor gimana?”, aku marah sekali.
“Biarin aja, nggak semua orang tahu bau macam-macam mani seperti kamu…”
“Andi!!!”
Aku langsung mendekap mukaku sambil menangis, tersedu-sedu…
Entah berapa lama aku menangis, saat aku mengangkat mukaku, kulihat Andi sedang duduk dan berpakaian lengkap.
“Yuk kita kembali ke kantor, nggak usah pake BH dan CD biar cepat”, kata Andi sambil mengambil BH dan CDku.
Aku tidak punya pilihan, kupakai baju dan rok serta jilbabku. Dan kami segera masuk mobil.
Aku minta segera diantar pulang saja.
Sesampainya di tempat kost, aku segera berlari masuk kamar dan menangis… Apakah ini karmaku? Apakah ini pembalasan Andi padaku atas kejujuranku?
Aku terus menangis…
***********
Sepagian ini Andi terus menerus menelponku. Dia minta maaf dan berusaha untuk meyakinkanku apa yang terjadi kemarin bukan berarti dia tidak menyayangiku. Akhirnya aku setuju untuk diajak pergi makan siang.
Kami berputar – putar sebentar sebelum akhirnya berhenti di sebuah restoran. lalu makan siang.
Sehabis itu Andi mengajakku kembali ke tempat kemarin. Semula aku menolak, tetapi karena Andi terus membujukku akhirnya aku menyerah. Aku tahu apa yang bakal terjadi, tetapi bujukan Andi berhasil meyakinkanku,
Sesampainya di tempat kemarin, kembali Andi langsung menelanjangiku.
“Andi, sabar Ndi…”
“Kenapa lagi sih!”, katanya agak kesal
“Ntar pelayannya datang, aku malu dong Ndi…”
“Kok sama aku nggak?”
“Kamu kan pacarku Ndi… Please stop”
Andi tidak menjawab, tetapi malah meneruskannya dengan menggumuliku.
Benar saja, kejadian kemarin terulang kembali. Pelayan yang sama kembali masuk saat aku sedang telanjang bulat. Andi sedang menjilati vaginaku, dan dengan tenangnya bangkit dan membiarkan tubuhku yang sedang mengangkang di tempat tidur untuk mengambil dompet. Dia bisa cuek karena memang masih berpakaian lengkap, sementara aku… masih berbaring pasrah telanjang bulat. Aku hanya bisa menutupi payudara dan vaginaku sementara Andi membayar.
“Nggak usah pake ditutupin In, biarin aja kebuka, ntar aku turun lagi nih…”, Andi memerintahkanku melepas tanganku dari bagian paling pribadiku. Sementara dihadapanku masih ada si pelayang yang menunggu pembayaran kamar.
“Buka tanganmu, In!”, Andi membentakku.
Aku menurut, kedua tanganku kuletakkan disamping, dan kubiarkan si pelayan menikmati tubuhku…
“Temenin saya disini mas!”, kata Andi. Aku semakin kaget, artinya Andi sengaja menyuruhnya tinggal dan melihat tubuh telanjangku
Lalu Andi kembali menindihku dan melakukan hubungan sex seperti biasanya…seperti tidak ada orang lain yang melihat…
Ia berkali-kali menyuruhku berganti-ganti posisi…sementara sang pelayan duduk menukmati sambil tersenyum…
Andi benar-benar tega… sudah dua kali ini aku seperti dipaksa telanjang di depan orang. Aku hanya bisa diam dan membiarkan Andi mencapai klimaksnya di dalam vaginaku. Aku sedih…bingung…kenapa dia begitu tega…
Aku malu Ndi…
Aku memang pernah melakukan kesalahan, tapi caramu memperlakukan aku…
Aku bukan pelacur yang mau ditelanjangi di depan orang-orang…
Aku melakukannya sama kamu karena aku sayang kamu…
Aku sedih…

*********
Dua hari ini aku merasa ada yang aneh dengan diriku. Sebenarnya ini dimulai ketika aku dikenalkan dengan Ajie, salah satu teman Andi. Entah kenapa setelah aku bersalaman dengan Ajie, aku merasa diriku seperti menjadi orang lain. Aku seperti merasa asing denan diriku sendiri. Apalagi kegiatan seks yang aku lakukan selama 2 hari ini sangat diluar pemikiranku.Awalnya dimulai kemarin pagi saat Andi mengajak lari pagi bersama di Senayan. Aku dikenalkan dengan seseorang yang bernama Ajie. Anehnya aku tidak ingat apa yang terjadi saat setelahnya. Yang aku ingat setelah aku bersalaman, kami mengobrol sebentar lalu kami perpamitan. Namun setelah itu aku merasa seperti ada yang aneh dalam diriku.Setelah lari pagi, Andi mengajakku check in di hotel di kawasan Senayan juga. Aku juga heran kenapa aku seperti menurut saja.
Setelah kami masuk kamar, Andi terlihat gelisah, tidak seperti biasanya dia tidak langsung menggumuliku tetapi menelpon beberapa temannya.
Sekitar setengah jam kemudian, datanglah 2 orang teman Andi ke kamar kami. Awalnya mereka agak kaget melihatku.
“Lho ini toh pacarmu yang namanya Indah, kok pake jilbab?”
Aku tidak mengerti arah pertanyaan itu, tetapi kemudian aku mengetahui jawabannya.
“Ayo, silakan saja, seperti yang sudah aku janjikan…”, kata Andi.
“Emang kamu janji apa sama mereka Ndi?”, aku bertanya.
“Pokoknya bakalan asyik deh in, percaya sama aku”, jawab Andi sambil kemudian mulai menciumku. Entah mengapa kali ini aku tidak protes, malah sepertinya aku menikmati cumbuan Andi.
Andi kemudian mulai melucuti pakaianku satu persatu, sampai akhirnya aku telanjang bulat. Anehnya kali ini aku tidak merasa malu sama sekali meskipun ada 2 orang teman Andi ikut menonton.
Rupanya ciuman Andi benar-benar menaikkan birahiku, aku merasa vaginaku berdenyut-denyut. Nikmat sekali rasanya…apalagi jika ada yang masuk.
Tanpa disuruh 2 orang teman Andi (terus terang aku tidak sempat berkenalan dan bertanya siapa nama mereka) mulai membuka bajunya. Lalu mereka ikut mencumbuiku.
Salah seorang yang berambut agak keriting langsung menindih tubuhku dan memasukkan penisnya. Entah kenapa biarpun aku tidak kenal mereka, aku membiarkannya malah menyambut inisiatif mereka dengan begitu bernafsu, seakan aku melayani suamiku sendiri.

Kami melakukan hubungan seks secara bergantian, dan setiap kali aku merasakan orgasme yang begitu hebat… sampai-sampai aku menggigil karena orgasme pada saat kedua kalinya teman Andi yang berambut lurus mengeluarkan spermanya dalam vaginaku. Aku mengapitkan kedua kakiku menjepit pantatnya agar penisnya terus menancap dan mengeluarkan spermanya yang terakhir.
Akhirnya setelah beberapa kali orgasme, aku berbaring kelelahan di tempat tidur. Andi dan kedua temannya masih mengelus-elus badanku. “Indah, kamu hari ini menyenangkan sekali”, kata Andi sambil mencium dahiku.
“Sama-sama Ndi, aku juga puas sekali…”, jawabku.
Sekitar jam 8 Andi pamit sebentar keluar mengantar kedua temannya itu. Aku segera menelpon meminta room service untuk makan malam.
Sambil menunggu, aku mengelap vaginaku yang basah dan terus mengeluarkan lelehan sperma dengan tissue. Tak berapa lama, bel berbunyi. Aku segera membuka pintu tanpa berpakaian lagi. Ini pasti Andi, pikirku.
Ternyata aku salah, yang datang adalah pelayan yang membawa pesananku, dia kaget melihatku membuka pintu sambil telanjang. Tidak seperti sebelumnya lagi-lagi aku tidak sungkan-sungkan bertelanjang didepannya. Kusuruh dia masuk dan meletakkan makanan di meja, sementara aku menandatangani bon, kulihat celananya seperti menonjol. Pasti penisnya mulai tegang karena melihatku telanjang bulat.
Setelah menanda tangani bon, aku mendekatinya lalu meremas celananya yang menonjol.
“Kenapa mas, ngaceng ya…”
“Nggak mbak…nggak kok…”, jawabnya gugup
“Kalo udah tegang, keluarin aja ntar sakit lho…”, kataku sambil menurunkan retsletingnya. Lalu ku keluarkan penisnya yang sedari tadi tertahan celana dalam. Melihat penis yang sudah tegang, tanpa berpikir lagi, aku mendorong pelayan itu ke tempat tidur dan kunaiki. Penisnya aku masukkan ke vaginaku, lalu aku menggoyang pinggulku. Aku merasakan kenikmatan luar biasa, sementara kulihat pelayan itu tampak tegang.
“Mbak, pintunya belum ditutup… ntar kalo suami mbak datang gimana?”, katanya agak panik
Aku tidak menjawab melainkan mempercepat goyanganku. Sayangnya baru semenit kemudian dan belum sempat aku orgasme aku sudah merasakan penisnya menyemburkan sperma dalam vaginaku. Croot..Croot..Croot… si pelayan tampaknya tidak bisa menahan lagi dan memegang pinggulku.
“Aku belum dapet nih…”, kataku kecewa. Si pelayan nampak makin gugup dan bingung.
“Ya udah deh mas… makasih ya udah dibawain makanan. Ini penisnya dilap dulu”, kataku sambil menjilati penisnya yang mulai mengecil.
Setelah bersih, aku tutupkan retsletingnya. Pelayan itu nampak malu-malu dan mohon pamit.
“Sa..saya pergi dulu ya mbak..terima.. kasih ..mbak…”
Pelayan itu kemudian pergi, dan aku menikmati makanku sambil telanjang.
Sekitar pukul 11 Andi datang kembali, kali ini bersama beberapa orang lagi. Anehnya seperti sore tadi, aku tidak merasa malu sama sekali. Dan aku melayani mereka sepenuh hati dan merasakan orgasme berkali-kali. Entah berapa kali kami melakukan hubungan seks, yang jelas Andi sempat memberikan semacam obat perangsang padaku. Namun menjelang pagi, aku sudah kelelahan orgasme dan pingsan. Aku masih sempat tersadar beberapa kali dan merasakan mereka masih menikmati tubuhku, namun aku merasa lelah dan lemah sekali jadi kubiarkan saja mereka.
Pagi harinya sekitar jam 8, aku terbangun. Kulihat Andi tertidur di sofa, sementara masih ada 2 orang temannya tidur di lantai telanjang bulat.
Aku merasa sedikit perih di vagina dan anusku. Kulihat ceceran sperma dimana-mana, bercampur sedikit darah. Di kasur, bantal, vagina, anus dan badanku pun rasanya lengket dan belepotan sperma. Pasti semalam mereka berpesta dengan tubuhku.
Aku agak terhuyung ke kamar mandi. Pipis…kali ini agak perih rasanya. Aku menekan bagian bawah perutku, cairan seperti lendir keluar dari vaginaku. Cukup banyak sepertinya, pasti mereka mengeluarkannya dalam vaginaku…
Keluar dari kamar mandi, aku lihat mereka masih tidur. Jadi kupakai baju dan trainingku, BH dan CD aku masukkan tas. Lalu kupakai jilbabku pulang…
Selama dalam taksi dan setelah sampai di tempat kost, aku berpikir…apa yang terjadi dengan diriku… kenapa aku tidak takut, malu telanjang bahkan begitu bernafsu melakukan hubungan seks pada teman-teman Andi yang belum aku kenal…
Aku bingung…
Apa aku ini hiperseks…
Kenapa aku begitu menikmatinya…
…..
Aku bingung…
***********
Andi benar-benar gila!!! Jahat!!! Aku Benci dia!!!Senin siang kemarin aku ditelpon oleh Andi, dia mengatakan agar aku datang malam harinya ke sebuah hotel di kawasan Mangga Dua. Katanya ada yang ingin dibicarakan katanya. Karena kupikir dia akan membicarakan tindakannya waktu malam Minggu lalu aku setuju saja. Dia menyuruh aku menghubungi resepsionis untuk mengambil kunci, sementara kamar sudah dia bayar dan kunci yang satunya dia bawa.Aku tanpa curigaaku pergi ke sana. Sepertinya semua lancar karena Andi sudah mengaturnya. Aku masuk ke kamar, dan menunggu Andi. Rupanya AC kamarku tidak terlalu dingin, malahan cenderung panas. Aku membuka seluruh pakaianku, toh Andi sudah biasa melihatnya pikirku. Tak terasa aku tertidur.
Sekitar jam 12, aku merasa ada orang meraba-raba tubuhku. Pasti Andi sudah pulang pikirku. Aku tetap memejamkan mata nafas dan tengkurap merasakan sentuhannya. Tak lama vaginaku sudah mulai basah, sepertinya Andi juga mulai bernafsu, aku merasakan tubuhnya menindih tubuhku dan mulai memasukkan penisnya ke dalam vaginaku. Awalnya aku merasa aneh karena rasanya penis Andi tidak seperti biasanya. Mungkin karena posisinya dari belakang pikirku ladi, karena biasanya kami berhadapan. Aku menikmatinya, sambil menutupkan mukaku ke bantal. Enak sekali rasanya… untuk sementara aku melupakan kekesalanku pada Andi dan hanyut terbawa nafsu birahiku.
Setelah itu tubuhku dibalikkan, aku membuka lebar-lebar pahaku agar penis Andi bisa segera masuk. Ufff…kali ini terasa begitu keras… aku melenguh nikmat…
“Aahhhh… Ndi, enak banget…”
Mataku masih ku pejamkan menikmati genjotan Andi, dia memeluk dan menciumi leherku sambil terus memasukkan penisnya. Aku mencium parfum yang baunya asing bagiku. Mungkin Andi mengganti parfumnya.
“Parfum baru ya Ndi…”
Andi tidak menjawab. Tiba-tiba aku merasa hal yang aneh. Biasanya tubuh Andi tidak segemuk ini. Aku segera membuka mataku dan mencoba melihat Andi.
Ya Tuhan…Ini pasti bukan Andi, aku meronta mencoba melepaskan diri.
“Siapa kamu!!! ”

Tapi orang tersebut malah membentangkan kedua tanganku dan menekannya, sambil terus menggenjot penisnya.
“Betul kata Andi, kamu memang cantik, putih dan yang lebih penting, vaginamu legiit sekali…”, kata orang itu sambil menyeringai.
“Siapa kamu! Kok kamu bisa masuk…”, aku mulai ketakutan.
Orang itu tidak menjawab, melainkan makin bergairah dan mencoba menciumi bibirku.
Aku mencoba menghindar, wajahku kupalingkan ke kiri ke kanan, tetapi dia terus saja berusaha menciumiku dan penisnya makin menegang.
“Stop…berhenti… tolooong…” teriakku. Tetapi aku tidak bisa melawan, tubuhnya lebih besar dan jauh lebih kuat dari usahaku.
“Tolong, hentikan…hentikan…”, pintaku mulai menangis.
Tetapi orang itu malah semakinberingas, dia semakin bernafsu dan akhirnya…crooot…crooootttt….croooootttt… Kurasakan penisnya menyemburkan cairan dalam vaginaku. Sementara dia begitu bernafsu menyedot dan menggigit leherku.
Aku hanya bisa pasrah… menangis… Andi tega sekali… jahat… apa maksudnya semua ini…
Akhirnya orang tersebut mengendurkan pelukannya, penisnya kurasakan mulai lemas dan lepas dari vaginaku.
“Siapa kamu?”, aku bertanya lagi sambil menangis.
“Kok tanya-tanya, bukannya Andi udah ngasih tau. Panggil aja gue Joe…”, katanya.
“Apa maksudmu Andi sudah memberi tahu…”, aku agak bingung.
“Nggak usah belagak lugu deh, urusan bayarannya minta ama Andi aja…”. Joe mulai berdiri, dan pergi masuk ke kamar mandi.
Aku mengejarnya, “Jadi maksudmu ini semua Andi yang mengatur?”
“Lah bukannya biasanya juga begitu…?”, Joe kelihatannya tidak main-main.
Aku terdiam, kembali ke samping tempat tidur dan duduk bersimpuh di lantai. Menangis… Andi…kamu tega…kamu jual aku…
Selesai kencing, Joe keluar kamar mandi dan mulai memakai pakaiannya.
“Sorry gue harus jalan lagi…thanks atas pelayanannya, kamu cantik, manis, putih, wangimu harum dan vaginamu begitu rapat. Aku puas banget deh. Ntar kapan-kapan aku booking lagi ya lewat Andi…”
Aku tidak memperdulikan Joe lagi. Aku merasa dadaku seperti tertusuk…dalam dan sakit…aku tidak percaya…Andi menjualku….
Aku begitu percaya pada Andi, tapi apa yang dia lakukan padaku…
Aku tidak sadar Joe telah pergi dan membiarkan pintu kamar terbuka…aku tidak perduli…aku marah, kecewa, sedih, malu….
Aku segera memakai pakaianku dan pulang….
Aku benci kamu Andi!
AKU BENCI KAMU !!!
***********
Andi sudah menjadi masa laluku. Aku tidak lagi menanggapi teleponnya, aku menganggap dia sudah tidak ada lagi di muka bumi ini. Aku benci dia…Aku juga lagi punya masalah keuangan, Senin kemarin aku dititipi uang pembayaran kantorku. Sekalian makan siang, aku bawa uang dalam amplop itu. Entah bagai mana ceritanya, sewaktu sampai di Bank, amplop itu tidak ada. Aku panik, aku coba kembali ke restoran tempat aku makan ternyata juga tidak ada. Sepuluh Juta Rupiah!! Bukan jumlah yang sedikit buatku. Sementara tabunganku tidak sampai separuhnya…Dalam situasi kalut, tiba-tiba Joe, telepon aku. Rupanya Andi memberikan nomer Hpku padanya. Dia mengajakku bertemu, aku sempat menolak, kujawab aku sedang pusing. Rupanya dia mencoba bersimpati padaku, dan bertanya apa masalahnya.
“Kenapa, Indah… ada yang bisa aku bantu?”
“Aku menghilangkan uang kantor…10 juta…aku bingung, karena musti mengganti segera…”
Joe terdiam sebentar, lalu berkata,”Aku coba bantu deh, kamu sore ini bisa ketemu aku?”
“Maksudmu?”, aku jadi curiga.
“Begini, aku bisa bantu kamu tapi kalau segitu aku nggak bisa”
“Trus…?”
“Aku punya temen yang bisa bantu, tapi kamu juga harus bantu aku”
“Bantu gimana?”
“Pokoknya kita ketemu dulu deh nanti sore di lobby hotel ….”, Joe menyebut sebuah hotel di kawasan Slipi.
“Ok, sampai nanti…”
Aku bingung, kalut dan takut, Mbak Netta memanggilku. Aku coba jelaskan semuanya, tetapi posisiku memang terpojok. Mbak Netta juga tidak bisa membantu, dan aku harus mengganti dalam tempo 1 minggu.
Sorenya aku datang menemui Joe. Dia sudah menungguku disana.
“Apa kabar Indah”, Joe menyapaku ramah.
“Kurang menyenangkan Joe, aku lagi kalut nih…”, jawabku.
“Ok, aku mengerti. Aku coba bantu kamu sekarang. Ini ada uang 5 juta dariku. Ambil saja”, katanya sambil menyerahkan sebuah amplop.
“Joe, aku nggak bisa bayak kembali uang ini, kamu nanti gimana… Lagian masih kurang 5 juta..”, jawabku pelan.
“Nah itulah yang mau aku bantu. Seperti yang aku bilang tadi aku punya temen yang bisa bantu… tapi kamu juga harus bantu aku”
“Bantu gimana… apa yang bisa aku lakukan?”
Joe sepertinya agak ragu dan diam sebentar, lalu dia berkata,”Begini Indah, aku bukan bermaksud menjerumuskan kamu seperti Andi. Kamu orangnya baik, cantik, putih. Dan apa yang aku lakukan kemarin terhadapmu karena aku belum kenal kamu. Aku pikir kamu sama saja seperti cewek-cewek panggilan yang lain”
“Andi memang jahat, brengsek!!!”, makiku
“Iya, tapi aku harus bicara apa adanya In, temen aku ini pengen mendapatkan servis kamu, seperti yang sudah aku rasakan…”
“Maksudmu? Aku harus melayani dia di tempat tidur?”
“Aku tahu kamu gadis baik-baik, terbukti kamu juga berjilbab. Tapi kamu tau dong, tidak ada yang gratis di dunia ini. Ini yang bisa aku lakukan. Kalau kamu nggak setuju nggak apa-apa, tapi aku nggak bisa bantu lebih banyak lagi…”
Aku terdiam. Selama ini aku memang melakukan banyak hubungan seks dengan lelaki. Tetapi sebelum dengan Andi, aku melakukannya dengan sukarela, bukan karena uang. Andi yang menipuku, Andi yang menjerumuskanku…
“Gimana Indah, kamu setuju. Kalau kamu setuju aku telepon dia, dia ada di kamar …..”, kata Joe sambil menyebut sebuah nomor.
Aku bimbang, takut, malu tapi aku perlu uang itu….
Aku memandang Joe, wajahnya tampak tulus. Matanya tajam menatapku, menunggu keputusanku…
“Baiklah Joe, aku tidak punya pilihan lain”, akhirnya aku setuju.
“Ok, aku telepon dia ya”
Joe mengambil HPnya dan menelepon. Setelah itu dia mengajakku naik ke kamar yang dituju.
Sesampainya di depan kamar, Joe mengatakan,”Indah, dia bisa bayar sisanya, 5 juta lagi. Aku cuma mengantar sampai disini. Tapi pesanku, baik-baiklah dengan dia, ini pertama kalinya dia melakukan hal ini. Puaskanlah dia…”, lalu Joe meninggalkanku.
Aku sendiri termanggu di depan pintu. Kulihat Joe telah menghilang dalam lift. Sebenarnya dia baik, hanya Andi yang memanfaatkannya untuk mendapatkan uang dengan menjual diriku. Tapi saat ini…ini pilihanku sendiri. Bukan karena Joe… dia tidak memaksaku… ini pilihanku.
Aku coba menarik napas panjang dan memantapkan hati, kupencet bel kamar. Tak berapa lama pintu terbuka, kulihat seorang lelaki berumur sekitar 40 tahunan mengenakan baju batik. Wajahnya cukup tampan, tidak terlalu gemuk ataupun kurus.
“Selamat malam, saya Indah”, kataku memperkenalkan diri.
“Malam juga, saya Anton. Silakan masuk”
Aku masuk kedalam kamarnya. Kulihat sekeliling, tampak sebuah laptop di meja. Sebuah koper kecil ada di pojok kamar.
“Maaf kalau saya tidak ada persiapan”, kata Anton. “Mbak Indah mau minum apa?”, katanya sambil membuka lemari es.
“Air putih saja…”
Anton mengambil botol Aqua dan sebuah gelas, dan meletakkannya di meja.
“Tadinya saya tidak percaya waktu membuka pintu. Mbak Indah, pakai Jilbab… apa betul Mbak Indah mau…”, Anton tidak melanjutkan kalimatnya.
“Sebenarnya nggak, tapi saya tidak punya pilihan. Saya harus mengganti uang kantor saya…”
“Iya, Joe udah cerita sama saya. Sorry kalau saya agak gugup. terus terang ini pengalaman pertama saya”, kata Anton lagi.
Aku tidak menjawab, kumantapkan hatiku. Lalu aku bangkit berdiri, memegang tangan Anton dan mengajaknya ke tempat tidur. Aku mulai mendekatkan wajahku ke wajahnya. Pelan-pelan kucium bibirnya, Anton membalas dengan lembut.
Dan setelah itu terjadilah semuanya. Aku membuka pakaian Anton dan menciumi tubuhnya. Penisnya mulai tegang…ku jilati dengan gemas…
Kemudian aku tidak membuka kerudung maupun bajuku, kuangkat rok dan kuturunkan celana dalamku. Kuraih tangannya memegang vaginaku yang mulai basah. Lalu dia berbaring teletang. Aku duduk di atasnya, pelan-pelan penisnya kumasukkan dalam vaginaku. Aku gerakkan pinggulku, ke depan ke belakang. Anton mulai meringis nikmat.
Kami melakukan berbagai variasi posisi, termasuk Anton mencoba memasukkan penisnya ke Anusku. “Boleh anal ya In, istriku nggak pernah mau”, pinta Anton.
Aku mengangguk, penis Anton bergantian masuk anus dan vaginaku. Sebenarnya aku agak jijik, membayangkan penis yang belepotan tai masuk vaginaku tapi aku mencoba memuaskan Anton.
Akhirnya Anton mengeluarkan spermanya dalam vaginaku. Croot…crooot…crooooot… Anton memeluk dan mencium bibirku dengan penuh nafsu, Aku kali ini tidak merasakan kepuasan apa-apa. Yang terpenting aku dapat uang…itu yang ada dalam pikiranku. Dihadapan Anton pun aku belum telanjang, hanya mengangkat rok dan membuka celana dalamku. Jadi Jilbab dan bajuku masih lengkap.
Ya Tuhan…Maafkan diriku… Cukup sekali ini aku melakukan ini karena uang…
Anton memelukku dan tertidur. Aku tidak bisa memejamkan mataku sama sekali. Sekitar 1 jam Anton tertidur pulas.
Setelah bangun Anton, membuka tasnya dan memberikan setumpuk uang. Aku tidak lagi menghitung, segera saja kumasukkan dalam tas.
Setelah itu, aku baru membuka semua bajuku. Aku mandi sebentar, kemudian mau berpakaian. Namun rupanya Anton masih belum puas, melihatku telanjang penisnya membesar lagi. Diajaknya lagi aku ke tempat tidur. Aku harus melayaninya sekali lagi sebelum pulang… Sekali lagi biarpun vaginaku basah, tetapi aku tidak merasakan kenikmatan apa-apa… Jadi begini rasanya seorang pelacur melayani tamunya… Tidak menikmati… Hanya untuk bertahan hidup…
Sesampainya di kost aku sholat minta ampun. Cukup sekali ini aku menjadi pelacur… cukup sekali ini saja….
***********
Sudah beberapa hari ini aku nggak ngisi diary ini. Memang aku sengaja untuk menenangkan pikiranku.Sepertinya aku memang ditakdirkan untuk jadi pelacur, sementara ingatanku melayani Anton untuk mengganti uang kantorku belum hilang, empat hari aku tiba-tiba dipanggil Mbak Netta.”Indah, sorry ya aku harus berterus terang sama kamu”
“Kenapa Mbak?”
“Aku langsung aja to the point deh, begini… kantor kita sedang mengalami kesulitan karena kurangnya order yang masuk. Karena itu kita harus melakukan pengurangan karyawan, dimulai dari karyawan kontrak dulu…”
Aku tidak lagi perhatian pada perkataan Mbak Netta, kepalaku seperti melayang. Aku bakal kena PHK karena status kerjaku masih kontrak. Berarti aku harus cari kerja lagi, padahal minggu ini aku harus membayar uang kost.
Sorenya aku telepon Joe lagi. Kujelaskan kondisiku sekarang, kelihatannya Joe mau membantuku lagi.
“Oke deh In, ntar aku cariin lagi kalau ada yang tertarik sama kamu ya…”, janjinya.
Keesokan harinya pagi-pagi Joe menelponku,”Pagi Indah…”
“Pagi Joe, ada apa?”
“Aku punya pelanggan untuk kamu, kebetulan dia orang daerah yang sedang ada rapat di Jakarta. Dia sobat lamaku, yang bekerja di Kalimantan. Supaya teman-teman sekantornya tidak curiga, dia minta tolong dicarikan orang yang kelihatan sopan dan rapi agar bisa diakui sebagai keponakannya.”
“Mengenai pembayarannya?”
“Dia sudah transfer ke aku, nanti aku transfer ke rekeningmu ya. Jumlahnya 2 juta.”
Aku sempat bimbang, tetapi kebutuhanku sudah mendesak jadi aku tidak ada pilihan lain.
“Ok, jadi gimana ketemunya?”
Joe memberikan penjelasan. Aku harus membawa bungkusan seperti oleh-oleh yang akan dititipkan ibuku kepada orang itu. Aku harus menemuinya saat makan siang di sebuah hotel di kawasan kemayoran.
Aku segera bersiap, kali ini aku mengenakan blus pink dengan rok kembang-kembang tipis, dengan Jilbab pink. Wajahku kurias sesederhana mungkin tetapi tetap menarik dan ceria. Aku tidak ingin terlalu menyolok tetapi ingin memuaskan pelangganku juga. Sewaktu pergi aku tidak lupa membeli sekeranjang salak, untuk dititipkan.
Sesampainya di hotel tersebut, aku segera menemui resepsionis untuk menemui Rusdi.
“Siang Mas, saya ingin bertemu Pak Rusdi. Beliau dari Kalimantan yang sedang rapat disini”
“Sebentar ya Mbak, saya cek dulu…”, kata resepsionis
Setelah ditelepon aku disuruh menunggu di Lobby. Tak berapa lama kemudian datang seorang lelaki, berumur sekitar 35 tahunan bersama beberapa orang lainnya. Kelihatannya mereka adalah rekan sekantor Rusdi.
“Halo Indah, apa kabar…”, Rusdi berpura-pura menyambutku hangat
“Baik Om…”, aku mencium tangan kemudian cipika-cipiki. Supaya tidak curiga, Joe menyarankan kami melakukan ini.
Setelah dikenalkan dengan teman-teman sekantor Rusdi, aku diberi kunci kamar dan disuruh menunggu disana.
“Oleh-olehnya disimpan di kamar aja ya, kamu tunggu disana sebentar, aku nanti menyusul. Ada titipan untuk ibumu”, kata Rusdi.
Rupanya sandiwara kami berjalan baik, tak seorangpun teman-teman Rusdi curiga, termasuk 2 rekan wanitanya. Aku segera naik lift dan masuk ke dalam kamar.
Sesampainya di kamar, aku meletakkan bungkusan salak di pojok ruangan. Mataku menatap berkeliling. Rupanya Rusdi orangnya rapi dan apik. Kulihat tas kerjanya diletakkan rapi di meja di samping laptopnya. Sementara koran tadi pagi yang telah dibaca, dilipat rapi kembali. Aku menarik nafas dalam-dalam. Ini kali kedua aku harus menjadi pelacur…aku harus melayani orang yang bahkan belum pernah aku kenal sebelumnya…
Aku membuka celana dalamku, tetapi BH, rok, blus dan Jilbabku tetap kupakai. Aku mengoleskan jelly ke dalam vaginaku. Hal ini aku lakukan agar jika penis Rusdi masuk vaginaku, tidak terasa sakit.
Tak berapa lama kemudian Rusdi masuk kamar. Aku segera menyambutnya. Rupanya Rusdipun sudah tidak sabar lagi, kami segera berciuman dan berpagutan. Kubuka pakaian Rusdi dan kubawa ke tempat tidur. Kuciumi penisnya yang mulai tegang, sementara jemari Rusdi membelai paha dan pantatku.
“Indah, kamu begitu cantik dan manis… aku ingin merasakan diri dan dekapanmu…”, pinta Rusdi.
Aku tidak menjawab, melainkan menyibakkan sedikit rokku, kemudian aku naik ke atas tubuh Rusdi. Aku arahkan penisnya menuju vaginaku dan tanpa menunggu lagi segera kugerakkan pinggulku…
“Oh, Indah….enak…enak sekali…”
Aku merasakan penisnya semakin menegang dalam vaginaku. Semakin cepat aku bergoyang, dan tak berapa lama kemudian Rusdi memintaku doggy style. Penisnya menusuk dari belakangku…tapi aku tidak merasakan kenikmatan sama sekali. Sepetinya ini hanya sekedar tugas tanpa menggunakan perasaanku.
Setelah itu Rusdi menaikiku. Aku hanya menaikkan rok depanku agar vaginaku terlihat dan bisa dimasuki penisnya. Rusdi menggerakkan pinggulnya penuh nafsu, aku kemudian melingkarkan kakiku ke badannya. Aku mencoba menikmati hubungan seks ini tetapi tidak bisa… di kepalaku hanya ada aku perlu bayar kost…
Tak berapa lama kemudian penis Rusdi mengeluarkan spermanya dalam vaginaku, croot…crooot…croooootttt…. Aku bisa merasakan cairan hangat mengalir dalam vaginaku. Rusdi memelukku erat dan menciumi bibirku dengan gemas.
“Terima kasih, Indah. Barusan enak sekali. Aku tidak pernah membayangkan bercinta dengan gadis berjilbab sepertimu dan melakukan hubungan seks dengan gadis yang masih mengenakan jilbab…”
“Sama-sama Om… Sini saya bersihin penisnya…”
Aku menjilati penis Rusdi, setelah itu kulap dengan tissue. Pada saat aku bangkit dan akan mengenakan celana dalamku Rusdi memegang tanganku.
“Jangan dulu, ada temanku yang ingin mencicipimu juga…”
“Tapi Om…”
“Aku tambah 1 juta lagi kalau kamu mau melayaninya juga”
Hati kecilku mengatakan tidak, tetapi rasionalku mengatakan aku perlu uang itu. Akhirnya aku menyetujui,”Ok Om, dimana kamarnya…”
“Dia sudah menunggu, aku suruh dia kesini…”, Rusdi mengangkat telepon. Kemudian dia bergegas memakai pakaiannya.
Tidak sampai lima menit pintu diketuk, Rusdi membukakan pintu dan masuklah sepasang suami istri.
“Indah, ini Om Jafar dan istrinya Meity…”
Aku agak kaget, kenapa istrinya ikut? Bukankah aku harus melayani suaminya?
Kuperhatikan istrinya, orangnya mungil, tinggi sekitar 150 cm, kulit putih bersih, wajah cantik dan manis. Aku tak habis pikir, kenapa suaminya tidak puas dengan istrinya. Dia mengenakan kaus lengan panjang berwarna biru muda, dengan celana jeans dan juga jilbab biru muda.
“Ayo Ty, buka bajumu…”, kata Jafar.
Meity nampaknya ragu, tetapi Jafar malah membuka retsleting celananya dan menarik sekaligus dengan celana dalamnya sampai ke mata kaki. Mety nanpak malu sekali dan berusaha menutupi vaginanya dengan kedua tangannya. Rupoanya vagina Meity dicukur bersih, tak tampak sehelaipun rambut kemaluannya.
“Sudah nggak usah malu-malu, anggap saja Rusdi ini aku…”
Meity kemudian ditelanjangi oleh Jafar. Dia kemudian mendorong Meity ke hadapan Rusdi. Rusdi kemudian mulai memeluk dan menciumi Meity.
Aku tidak sempat memperhatikan mereka selanjutnya, karena Jafar segera menghampiriku dan mulai mencumbuiku.
Aku tidak perlu berpanjang lebar, yang jelas kami melakukan apa yang disebut Swinger. Aku dengan jafar, sementara Meity istri Jafar dengan Rusdi. Aku sendiri seperti sedang menonton sebuah pertunjukan film BF. Hanya saja aku sebagai pemerannya sendiri.
Setelah masing-masing pasangan puas melakukannya, Jafar kemudian kembali menindih Meity. Rupanya Jafar ini seorang hiperseks, kelihatannya dia tidak puas sudah menggauliku. Dia tidak ragu-ragu menggauli istrinya di depan kami. Padahal sudah jelas kelihatan Meity sudah kepayahan melayani Rusdi sebelumnya.
Baru menjelang Maghrib aku bisa pulang. Uang 1 juta ditangan, ditambah transfer 2 jtua dari Joe mestinya cukup untuk membayar kost dan makan hampir 1 bulan.
Aku sekarang masih merenungkan apa yang sudah aku kerjakan. Aku menjadi seorang pelacur… apapun alasannya, sudah 2 kali ini aku melacurkan diriku. Dan apa artinya jilbab penutup kepalaku ini….
Aku bimbang…
***********
Ya Tuhan…Entah apa yang kulakukan ini…
Aku melakukannya demi uang…uang…Beberapa lama memang aku tidak mengisi diaryku ini karena aku begitu sibuk. Sibuk? ya aku sibuk melayani tamu-tamuku.
Beberapa minggu lalu aku mendapat telpon dari Adikku di Bandung. Ayah sakit kanker katanya!! Dan butuh biaya operasi dan pengobatan. Minimal Rp 120 juta… Aku terhenyak, saat ini memang hanya aku dan Ayah yang bekerja. Artinya jika Ayah sakit akulah yang menjadi tulang punggung keluarga, padahal aku baru saja di PHK.
Akhirnya Joe yang menjadi penolongku. Aku dicarikan pelanggan yang mau membayar mahal, umumnya mereka adalah para pendatang baru di dunia petualangan seks. Jadi mereka masih takut. Hampir tiap hari aku melayani tamuku, malahan terkadang 2 – 3 orang dalam sehari. Hati kecilku menangis, tubuhku pun terasa remuk. Himpitan dan lenguhan tamuku menjadi makananku, meskipun aku mencoba tetap tersenyum.
Hanya Joe yang bisa jadi pelarianku. Biasanya setelah melayani tamuku, aku mampir ke tempat kost Joe. Disana aku bisa menangis, merebahkan kepalaku ke dadanya, dan biasanya setelah itu kami mulai saling membelai, mencium dan kemudian melakukan hubungan seks. Joe memperlakukan aku dengan lembut, itulah yang menenangkan hatiku. Setelah melayani tamu, aku bisa merasakan orgasme bersama Joe. Terkadang Joe malah ikut membersihkan lelehan sperma yang keluar dari vaginaku. Hampir semua tamuku tidak biasa mengenakan kondom, karena mereka terbiasa melakukannya dengan istri mereka di rumah.
Begitulah, aku tidak mencoba menghitung lagi berapa lelaki yang sudah merasakan tubuh dan vaginaku ini….
Aku baru mengumpulkan sekitar 15 juta setelah hampir sebulan aku menjalani profesi ini. JAdi minimal 6 – 7 bulan lagi aku harus melakukannya, belum lagi aku masih harus membayar kost dan makan. Mungkin bisa jadi 10 bulan.
Aku malu, bingung, takut… vaginaku rasanya sudah longgar. Setiap penis yang masuk tidak lagi terasa peret atau perih, semua masuk begitu saja tanpa halangan…
Lubang anusku rasanya sudah sebesar bola pingpong. Aku sudah tidak merasa kesakitan lagi jika melakukan anal seks. Demikian pula, oral seks adalah hal biasa bagiku meskipun penis itu baru saja keluar masuk anusku… bau tai tidak lagi menjadi halangan, aku langsung bisa melumat penis yang masih belepotan kotoranku sendiri…
Untung masih ada Joe yang perhatian padaku… tapi aku sampai kapan aku harus seperti ini???
*********
Hari ini hari ke 6 puasa. Selama itu pula aku menghentikan kegiatanku melayani pelangganku. Aku ingin bertobat… Apalagi pengalamanku yang terakhir menambah keinginanku untuk berhenti.
Tetap 2 hari sebelum puasa, aku melayani tamuku seperti biasa. Tampaknya dia sangat puas dengan pelayananku, karena itu ia menawarkan untuk melayani temannya juga. Semula aku ragu-ragu, karena semua tamuku selama ini diseleksi oleh Joe. Tapi kali ini aku mencoba lepas dari Joe, aku terima tawaran itu.
Aku kemudian pergi ke sebuah rumah di kawasan Kemang. Disana aku disambut oleh Arif, seorang lelaki berumur sekitar 40 tahun. Aku dipersilakan masuk, rumahnya cukup besar dan mewah. Perabotnya bergaya tradisional Jawa. Dipadukan dengan rimbunnya halaman, terasa begitu asri.
Aku disuruh masuk ke sebuah kamar, setelah itu Arif mulai mencumbuiku. Dan seperti biasa dilanjutkan dengan telanjang dan hubungan seks. Arif meminta aku yang aktif, karena itu aku duduk diatasnya dan mengoyangkan pinggulku sampai akhirnya terasa penisnya mengeluarkan sperma dalam vaginaku, croot…croot…crooooottt…..
Setelah selesai Arif memintaku tetap telanjang, dengan lembut ia mengikat kedua tanganku ke rangka tempat tidur. Setelah itu ia menciumiku, aku kegelian, entah kenapa, Arif bisa membuatku bergairah dan geli, padahal biasanya aku mati rasa melayani pelangganku.
Kemudian Arif keluar kamar…tidak beberapa lama kemudian ia masuk kembali bersama seorang pemuda. Aku tersentak kaget…pemuda itu bukan pemuda biasa, ia adalah lelaki idiot yang terus menerus tertawa menyeringai. Air liurnya menetes seperti anak bayi, lidahnya sering kali keluar masuk dan mata sedikit juling.
Aku berusaha meronta dan membebaskan diriku, tetapi tanganku terikat. Arif tidak perduli, ia menuntun pemuda itu mendekat, membuka bajunya, dan ya Tuhan… menyuruhnya meniduriku…
Pemuda itu tertawa-tawa senang, persis seperti anak kecil yang diberi permen. Ia menaikiku dan memasukkan penisnya ke vagina dan anusku bergantian. Ya betul – betul bergantian, masuk vagina, lepas, masuk anus, lepas, masuk vagina kembali …. begitulah yang terjadi. Sementara bibirnya bernafsu menggigiti mulut dan bibirku… Besar penisnya tidak normal, jauh lebih besar dari semua orang yang pernah aku layani, vaginaku terasa sesak, perih dan nyeri…
Aku mencoba berontak tetapi tidak berhasil, sampai ia mengeluarkan spermanya… Croot…Crooot….Croooooot…. Ia berteriak-teriak seperti orang kesurupan. Aku betul-betul muak, tidak kuat lagi aku ikut berteriak kesakitan… Namun rupanya ia merasa teriakanku menyakitinya, ia marah dan menendangiku. Setelah itu ia memasukkan tanggannya ke vagina dan anusku, gila… rasanya sakit sekali, perih dan nyeri… Arif terlambat mencegah hal itu dan mencoba melepaskan tangannya dari vaginaku. Setelah berhasil, ia segera meminta tolong pembantunya.
Akhirnya pemuda tadi dibawa keluar setelah 2 orang pembantu ikut memeganginya. Sementara aku terkapar lemas dan kesakitan. Arif meminta maaf atas kejadian itu dan membuka ikatan tanganku, tetapi semua sudah terjadi. Anus dan vaginaku terasa perih akibatnya, sementara vaginaku masih belepotan sperma. Aku mengelap vaginaku dengan CDku. Memakai bajuku kembali dan pulang….
Wajah pemuda idiot itu terus membayangiku, tertawanya saat ia orgasme masih terngiang. Aku jijik padanya, aku jijik pada diriku sendiri yang sudah melayani nafsunya. Aku ingin berhenti menjual tubuhku, membiarkan tubuhku dilihat, dijamah, disetubuhi, disodomi dan yang terakhir, dikerjai oleh seorang pemuda idiot… Aku capek jadi PSK, aku ingin berhenti…
Uang yang terkumpul baru sekitar 25 juta… aku tahu itu pasti tidak cukup untuk berobat. Tapi aku pasrah, aku ingin bertobat…aku tidak ingin melakukannya lagi…
Joe masih tetap menemaniku, ia masih setia mencarikan pelanggan untukku. Ia juga yang selalu menjadi pelarianku, untuk kesedihanku, untuk kemarahanku, untuk nafsuku…
Hampir setiap selesai aku melayani tamu aku mampir ke tempatnya. Aku menangis di bahunya… dia dengan lembut membelaiku, mengusap rambutku, menciumku… dan aku membalasnya dengan menyerahkan tubuhku…
Aku nggak tahu apa ini cinta, pelampiasan nafsuku atau aku sekedar butuh perhatian dan pelarian. Maafkan aku Joe, aku sendiri tidak yakin dengan apa yang aku rasakan. Yang pasti aku merasa nyaman denganmu, merasa hangat, dan juga kamu bisa menjadi pelampiasan nafsuku yang bergejolak.
Tapi sekarang aku ingin berhenti…
Aku ingin bertobat…
maafkan aku…
************
Ya Tuhan,
Rupanya ini hukuman untukku. Beberapa hari belakangan ini aku merasakan perih, nyeri dan panas pada vaginaku. Karena itu aku pergi ke dokter untuk mengetahui penyakitku dan mengobatinya. Awalnya kuceritakan keluhanku, lalu dokter muda itu bertanya,”Anda sudah menikah?”
“Belum dok”, dengan polosnya aku menjawab
“Baiklah, tolong celananya dibuka dulu, saya akan periksa”
Aku memang bodoh, pergi ke dokter mengenakan celana jeans. Karena itu kubuka celana jeans dan CDku kemudian naik di tempat tidur. Entah mengapa kali ini aku merasa jengah harus telanjang di depan lelaki, meski ia seorang dokter.
“Boleh, dibuka kakinya”, dokter itu memintaku mengangkang
Ia segera memeriksa daerah vaginaku, lalu ia bertanya lagi,”Maaf, bukan saya lancang. Apakah anda pernah berhubungan seks?”
Rupanya dia heran karena aku mengaku belum menikah.
“Pernah Dok”, aku menjawab agak ragu
“Baiklah, silahkan pakai kembali pakaiannya”
Aku memakai kembali celanaku, lalu duduk di kursi depan meja praktek dokter itu.
“Bagaimana dok?”
“Begini, mulanya saya agak kaget karena anda tadi mengatakan belum menikah. Tetapi saya tidak berani menarik kesimpulan sebelum anda mengkonfirmasi bahwa anda pernah berhubungan seks”
“Memangnya ada apa Dok?”
“Begini, awalnya saya melihat anda yang mengenakan jilbab, begitu cantik dan mengaku belum menikah. Tetapi sewaktu saya periksa, saya melihat sesuatu yang berlawanan sekali. Terus terang tadinya saya bingung tetapi setelah anda berterus terang, maka saya bisa memastikan bahwa anda terkena penyakit Herpes”
“Apakah itu berbahaya dok, bisa sembuh kan?”
“Terus terang saya bisa mengobati untuk menghilangkan gejalanya, tetapi karena ini disebabkan virus maka tidak bisa sembuh 100%. Ada kemungkinan akan kambuh kembali jika daya tahan tubuh menurun. Ya, seperti flu begitulah. Tapi ada yang lebih menarik perhatian saya”
Aku agak bingung
“Jadi saya tidak bisa sembuh Dok, lalu apa akibatnya? Terus ada masalah apalagi dok?”
“Begini, sewaktu saya memeriksa vagina anda, tampaknya ada bekas-bekas luka pada vagina dan anus anda, apakah anda pernah diperkosa?”
Aku teringat kerjadian terakhir sewaktu dikerjai si idiot itu…
“Sebenarnya tidak pernah dok, tapi saya punya penjelasan tentang hal itu”
Aku terpaksa bercerita bahwa aku ini PSK, dan kejadian terakhir yang aku terima. Si dokter hanya mengangguk-anggukan kepalanya, kemudian berkata,”Jalan hidup seperti itu sangat berbahaya, anda bisa terkena macam2 nantinya, mungkin juga HIV bisa terkena. Sayang sekali, gadis cantik, muda dan berjilbab seperti anda harus mencari jalan hidup seperti itu. Seharusnya jilbab itu menunjukkan pribadi yang sholeh. Sebaiknya cari perkerjaan lain.”
Aku terdiam, dalam hatiku aku takut, marah, sedih, bingung semua campur aduk menjadi satu. Sampai di tempat kost pun aku masih memikirkan hal itu.
Sebenarnya dokter itu menyarankan aku untuk tes HIV, tapi aku takut.
Aku takut…penyakit kotor, HIV, AIDS dan dosaku…
Ya Tuhan….
Ampunilah aku….
**********
Setelah sebulan lebih aku minum obat, aku sudah merasa nyaman. Vaginaku tidak lagi terasa perih, panas ataupun gatal. Semalam aku bisa menikmati lagi hubungan seks yang sudah lama aku tahan. Bersama Joe, kami menikmati malam bersama di puncak.
Tak terhitung berapa kali kamu berpadu, berbagai posisi kami nikmati. Singkatnya sejak kami datang sampai pulang pagi ini aku terus menerus telanjang, kerjaku hanya makan, tidur dan make love. Aku tidak perduli pelayan yang datang membawakan makan malam dan sarapan pagi. Aku tetap cuek bertelanjang bulat, yang penting aku bisa menikmatinya bersama Joe. 2 bulan tidak orgasme membuat aku tak perduli.
Hanya saja aku masih belum berani mencari pelanggan lagi. Tapi aku harus mencari uang, sementara ini Joe memang membantuku sekali-sekali. Tetapi aku malu harus menerimanya. Aku tidak bisa membalasnya kecuali dengan memberikan tubuhku padanya. Aku ingin sekali mencari uang, tapi semua surat lamaranku belum berbalas. Sementara aku butuh makan, bayar kost dll.
Aku tidak ingin menjadi pelacur lagi. Aku takut dan masih terngiang nasihat dokter yang merawatku.
Aku bingung