About Me
Stop untuk menjadi manusia munafik mengatas namakan agama
"Duuh, akhir-akhir ini kenapa kepala gue suka pening dan perut sering mual yah? Mana pake muntah segala. Brengsek nih morning sick, ehh..Tapi, jangan.. jangaaan.." gumam Jennifer khawatir seraya bangun dari ranjang di kamar apartemennya.
Tak berapa lama dari arah toilette terdengar suara Jennifer yang sedang muntah.
"Hoek!.. Hoeek!.. Hoek!!"
Wajah gadis cantik berkulit putih mulus itu tampak pucat. Dia balik lagi ke dalam kamar dan terlihat sibuk mengubek-ubek isi tas jinjing kesayangannya untuk mencari sesuatu.
"Mana yaa? Kok ga ada sih? Hmm.. Nah ini dia." ujar Jennifer Arnelita sembari memegang sebuah benda yang biasa tersedia dijual di apotik dan toko obat.

Gadis asal Kalimantan Timur itu langsung kembali menuju ke toilet. Entah apa yang akan dilakukannya dengan benda yang baru saja diambil dari dalam tas. Suasana hening sesaat. Tak berapa lama Jennifer keluar dari dalam toilette, wajah pucatnya menegang, jari tangan kanannya masih memegang benda kecil warna biru. Mata bening yang selama ini memancarkan sinar ceria masih terlihat terbelalak seakan tidak percaya ketika melihat hasil dari test pack yang menyatakan bahwa dirinya positif hamil.
"Gu.. Guee bunting.. Mampus dah." ujar Jennifer terbata-bata.
"Pasti gara-gara kemarin itu dia nembak di dalam memek gue?" keluhnya putus asa.

*******
Tiba-tiba, tubuhnya yang ramping berguncang keras ketika ada tangan yang mendorong-dorong pundaknya.
"Woi, Jen!! Bangun, banguun! Dah nyampe nih. Molor aja lu!" teriak seorang cowok membangunkannya yang lagi asyik tertidur pulas di dalam bus pariwisata.
Jennifer Arnelita mengerjapkan mata beberapa kali dan menggeliatkan badan untuk merenggangkan otot-otot tubuhnya yang kaku.
“Fyuuh! Ternyata cuma mimpi buruk. Fuckin' nightmare.”
"Enak ya tidurnya?" tanya cowok yang sekarang berdiri di samping kursi bus di mana Jennifer tertidur lelap.
"Hehee.. Iya Rey, pulez banget gue. Eeh, dah nyampe yaa, Rey?"
"Iya, yuuk buruan turun Jen. Udah ditungguin tuh." jawab Rey, nama cowok yang begitu perhatian kepada Jennifer.
Rombongan Jennifer adalah rombongan peduli lingkungan. Mereka tengah berada dalam program Go Green pelestarian Hutan Kerinci yang terletak di kaki Gunung Kerinci. Rombongan itu nantinya akan me-reboisasi di beberapa titik lokasi hutan yang telah gundul. Program yang di prakarsai oleh Departemen Kehutanan dan disponsori tunggal oleh ATPM Yamaha ini memberangkatkan 15 orang, salah satunya adalah Jennifer Arnelita, artis dan presenter kelahiran 1984 yang sedang naik daun belakangan ini. Berbagai bibit tanaman pohon mereka bawa. Pohon mahoni, pohon jati, pohon glugu, pohon pinus, pohon cemara, dan masih banyak lagi.
"Oke!! Semuanya siaap!! Jangan sampe ada yang ketinggalan. Tetap dalam satuan rombongan agar tidak tercecer dan tersesat di dalam hutan!!" teriak pemimpin rombongan melalui megaphone.
"Siaapp!!" teriak para peserta dengan semangat.
Cuaca yang sedikit mendung dan rada berangin membuat hawa di sekitar pos tempat mereka berkumpul terasa sejuk. Jennifer, yang mengenakan baju ketat, celana pendek army setengah paha, dan ber-sepatu boot tampak menggendong tas camping yang lumayan besar berisi tetek bengeknya peralatan dan perlengkapan acara mountainering ini.

Mereka mulai berjalan memasuki hutan yang terletak di kaki gunung. Pohon cemara dan pohon pinus tampak menyelimuti perbukitan. Sesekali terdengar bunyi suara ayam hutan dan cericit burung yang berlompatan dari ranting dahan pohon yang tinggi ke ranting pohon yang satunya. Tanaman anggrek liar juga banyak bergelanyut di dahan pohon. Bunga-bunganya yang berwarna putih terlihat kontras dengan warna batang pohon dan hijaunya dedaunan. Jennifer terlihat sangat menikmati perjalanannya, dia sibuk mengamati keindahan sekitar jalan setapak yang dilalui rombongan. Tangan kanannya mengambil sebuah kamera digital, dan dia pun mulai asyik meng-capture apa yang sekiranya patut untuk dijepret. Tak terasa sudah puluhan menit atau beberapa jam rombongan itu masuk ke dalam hutan. Tanah di pinggiran jalan setapak disemaki oleh belukar. Di antara belukar itu ada yang berbunga kecil-kecil dengan aneka macam warna yang menarik. Tempat yang tidak ditumbuhi belukar adalah hamparan rumput hijau yang terlihat seperti permadani empuk kalo kita mendudukinya. Jennifer Arnelita berhenti sejenak. Dia pura-pura mengikatkan tali sepatu agar para rombongan sedikit lebih jauh dari tempat dia berhenti.
"Ntar biar gue nyusul aja, toh jalannya cuman ini doang. Tinggal ngikutin ini jalan pasti ketemu mereka."
Setelah aman, Jennifer pun mulai mengambil gambar pemandangan sekitar karena memang sangat indah dan begitu menakjubkan. Hawa tempat itu sejuk dan hening. Angin yang bertiup dingin akan terus menimbulkan gesekan bergemerisik antara daun dengan daun yang lain antara ranting dengan ranting yang lain. Gadis berperawakan langsing dan berlekuk tubuh indah tengah melangkah merambah semak-semak belukar lebat yang tentunya semakin dalam masuk ke hutan, dan makin jauh dari tempat berhenti dirinya tadi. Betisnya sesekali tersangkut ranting-ranting sehingga meninggalkan bekas bilur merah di atas kulitnya yang putih. Jalanan setapak itu biasanya dilalui penduduk sekitar hutan untuk mencari ranting kayu, tetapi hari ini tidak ada tanda-tanda bekas dilalui seseorang. Rumput dan semak-semak masih tampak segar. Dengan bersiul-siul kecil, Jennifer tetap lincah melangkahkan kakinya. Dia tidak menyadari kalo dirinya bisa aja tersesat atau bahkan akan bertemu dengan binatang buas penunggu hutan. Gadis berhidung mancung yang ber-sepatu boot itu terus menyusuri jalan setapak yang mendaki lalu menyeberang sungai kecil, dan keluar dari jalur para pencari ranting pohon. Langkah Jennifer menembus semak yang ranting-rantingnya saling menyatu. Gerumbul tanaman berduri pun dia lewati, sampai pada akhirnya Jennifer melihat kebun anggrek hutan yang benar-benar menakjubkan. Mata beningnya yang sedikit sipit itu terbelalak lebar, tatkala melihat ‘surga kecil’ yang menghampar luas di depannya. Di bagian samping kanannya tumbuh rumput gajah yang rimbun dan tinggi.
"CHKREEK!.. CHKREK!!.. CHKREEK!.. CHKREKK!!" suara camdig Jennifer yang memotret kebun anggrek hutan terdengar nyaring di keheningan alam yang seakan tertidur.

"Chkrek, chkrekk barusan suara apaan yak? Kok aneh banget bunyi nya? Apa suara hantu? Ahh ga mungkin! Puluhan tahun aku hidup di hutan ini, ga ada hantu yang suaranya chkrek, chkrek.." gumam lelaki paruh baya yang berada di samping kanan posisi Jennifer.
Sosok lelaki itu sedang sibuk membuat perangkap ayam hutan dari anyaman kulit pohon yang sudah mengering. Sebenarnya posisi Jennifer dengan lelaki itu berdampingan, tetapi rimbunnya rumput gajahlah yang menyebabkan mereka tidak bisa saling lihat.
"KRESHEK.. KRESHEK!.. KRESHEK!" bunyi suara ikatan tali simpul penjebak ayam hutan milik lelaki paruh baya yang bersinggungan dengan ranting.
"Hah! Suara apa tuh? Kedengeran dari samping kanan gue." bisik lirih Jennifer.
"Jangan-jangan rampok. Hiii.." imbuh gadis cantik itu sambil menggidikkan bahu.
"Tapi ga mungkin lah. Paling penduduk kampung sekitar hutan yang nyari ranting pohon buat kayu bakar." gumam Jennifer seraya berjalan pelan kearah rumput gajah yang rimbun.
"Suara chkrek tadi apa ya? Coba cek aja deh." lelaki paruh baya itu beranjak ke arah rimbunnya rumput gajah sambil membawa parang.
Jennifer Arnelita menyibak rumput gajah, lelaki paruh baya pun ikut menyibak. Wajah cantik Jennifer melongok, wajah bopeng lelaki paruh baya itu juga latah ikutan melongok, dan..
"HUAA..AAA!! SETAAN KOBEERR!!" teriak lelaki itu kaget setengah mati karena mendapati wajah Jennifer hanya beberapa centi dari wajahnya.
"HUAA..AAA!! TUYUL MRONGOOSS!!" teriak Jennifer kaget setengah hidup karena mendapati gigi lelaki paruh baya itu hampir menyentuh bibirnya.
"Heh! Siapa lu?!" sengat Jennifer.
"Hehh!! Harusnya saya yang nanya kenapa Neng bisa ada disini? Pasti Neng anggota pembalak liar ya?! Hayoo ngakuu!!" gertak dan tuduh lelaki yang baru saja membikin perangkap ayam hutan itu seraya menghunuskan parang.
Jennifer langsung mengkeret nyalinya, saat melihat parang yang dibawa lelaki di depannya.
"Bu.bukan! Bu.bukaan, Pak. Saya cuma tersesat. Saya tercecer dari rombongan saya." Jennifer mencoba menjelaskan dengan kalimat terbata-bata.
"Jangan bohong!!" gertak gahar lelaki itu sambil melotot melihat bodi berlekuk Jennifer yang tampak jelas tercetak karena baju ketatnya terkena keringat.
“Bener pak. Ga bohong. Masak tampang saya kaya penjahat pembabat hutan?" sanggah Jennifer meyakinkan, kalo dirinya bukanlah anggota pembalak hutan.
"Hmm." gumam lelaki ber-parang itu meneliti setiap bagian tubuh Jennifer Arnelita.
"Baguslah kalo begitu. Oke, saya percaya sama Neng. Oh iya, kenalkan nama saya Dadang, panggil aja Mang Dadang. Saya juru kunci alias penjaga hutan kerinci ini." kata Mang Dadang mengulurkan tangan untuk mengajak bersalamam.
Dia meneguk ludah karena melihat dua busungan yang begitu sekel di dada Jennifer dan mendapati bahwa kancing baju ketat Jennifer yang paling bawah terlepas sehingga pusar yang bersih dan sebagian kulit pinggang yang mulus itu terlihat mengintip malu-malu. Karena sudah hidup lama di hutan selama bertahun-tahun dan tidak pernah bertemu yang namanya cewek, maka, Mang Dadang seakan mendapatkan mangsa buruan yang menggairahkan dan itu langsung membuat benda tumpul yang ada di selakangannya tumbuh berkembang menjadi besar dan semakin membesar. Lonjoran penisnya mengacung ke arah Jennifer tanpa Mang Dadang sadari.
"Anjritt dah! Kontol nya udah main todong aja. Mana gede lagi. Shitt!! Gue jadi konak nih kalo gini caranya." jerit pilu Jennifer dalam hati.
"Sa.. Sayaa Jenni, Mang." jawab Jennifer seraya menelan ludah karena tiba-tiba tenggorokannya terasa kering.
Wajah putihnya merona tatkala terbayang akan nikmatnya penis Mang Dadang jika membelah vaginanya.

Mang Dadang

Setelah menyelami alam pikiran masing-masing dengan fantasi sex lawan jenisnya, mereka berdua mulai tampak asyik bercakap-cakap, ngobrol ngalor ngidul membicarakan soal program reboisasi, pembalakan hutan, tanah longsor, dan cerita kenapa Jennifer bisa tersesat. Mang Dadang tak berkedip mengamati garis dan lekukan bibir tipis Jennifer yang sedang bercerita. Dia malah membayangkan bagaimana rasanya ya kalo penisnya terkulum lembut di dalam mulut mungil itu.
"Ke gubug Mamang aja yuuk, Neng. Tuh di sebelah." ajak Mang Dadang seraya melirik kulit paha Jennifer.
Sekarang, pelan-pelan tapi pasti Mang Dadang telah berubah wujud menjadi predator buas.
"Boleh deh Mang. Sekalian Jenni numpang istirahat." jawab gadis penyuka music acid jazz itu sambil mencoba melirik nakal ke arah gundukan penis yang masih tertutup celana kolor.
"Wah lumayan nyaman nih gubug tempat Mamang jagain hutan. Ga sumpek, kaya rumah petak di Jakarta." kata Jennifer seraya melihat pemandangan sekitar dari beranda gubug.
Mangsa cantik itu meletakkan gelas berisi air minum, kemudian dia berdiri membelakangi juru kunci hutan dengan posisi tubuh sedikit condong kedepan, dengan kedua tangan menumpu pada kayu pembatas beranda, sehingga bongkahan pantatnya yang nungging begitu merangsang naluri hewani Mang Dadang. Mang Dadang pun tak berkedip melihat body gadis cantik kelahiran tahun 1984 itu, dan terus mengamati kesempurnaan tubuh berkulit putih yang tampak langsing bak seruling India. Tatap mata Mang Dadang yang melotot, bagaikan anak panah lepas dari busurnya. Tajam dan juga jalang dalam menaksir besaran volume sepasang payudara yang tampak membusung indah dari balik balutan baju ketat warna hitam.
“Pasti matanya jelalatan deh, melototin bokong gue. Hihihiii..” gumam Jennifer dalam hati diakhiri dengan kikikan keledai.
Raut wajah Jennifer Arnelita tiba-tiba aja merona merah. Ada perasaan bangga dan puas dari dalam hati gadis cantik itu ketika kemolekan tubuhnya mampu membikin Mang Dadang terlihat belingsatan tak tenang dan meneguk ludah tidak hanya sekali melainkan berkali-kali. Diam-diam, naluri binal yang Jennifer punyai pun terbangun dari dalam dirinya. Penjaga hutan masih duduk di atas kursi di belakang tubuh Jennifer. Tapi lama kelamaan, nafsu Mang Dadang sudah mentok diubun-ubun dan tak tertahankan lagi. Bermodalkan tekad kuat dan penis yang bulat, juru kunci hutan itu segera saja mendekap erat tubuh berlekuk Jennifer Arnelita dari arah belakang.

Penis yang cuma tertutup celana kolor kumal itu sudah sekian lama tidak menemukan mangsa. Sekarang senjata Mang Dadang tampak menggelembung besar dan telah mendarat tepat di tengah-tengah diantara dua bongkah pantat gadis cantik itu.
“Mang Dadang, jangan!! Oughh!! Sudah, sudah.. cukup, Mang. Apa-apaan sih?! Lepasin Jenni!! Lepasin!!” teriak Jennifer pura-pura takut dan meronta, ketika jari kasar milik juru kunci hutan kerinci itu mulai meremas dan memerah buah payudaranya yang berukuran 34A.
Jennifer sadar, kalaupun dia berontak pasti malah akan bertambah sakit. Mendingan menikmatinya seraya berakting berontak biar Mang Dadang semakin bernafsu “menelan”-nya. Lagipula keperawanannya juga sudah hilang diambil oleh Bang Narji sewaktu pulang dari syuting acara “InBox.”
“Neng, udah Neng. Nurut aja sama Mamang biar kita sama-sama enak. Kalo Neng Jenni ngeyel terus, Mamang tak segan untuk mencabik-cabik tubuh seksinya Neng Jenni, lhoh ?!” ucap Mang Dadang melakukan psywar terhadap mental Jennifer.
Gadis cantik berkulit putih mulus itu langsung terdiam. Dia tersenyum misterius karena umpan darinya yang berupa kepura-puraan itu termakan oleh Mang Dadang.
“Nhaah, kalo diem gitu kan tambah cakep, Neng. Hak.. Haak.. HakK!!” kekehan mesum Mang Dadang pun langsung terdengar menjijikkan.
Telapak tangan lelaki paruh baya mulai mengusap dan menekan buah dada ranum milik Jennifer dari luar baju dan meremasinya dengan gemas. Rambut panjang yang sedikit diwarna cokelat dan tergerai itu disibakkan Mang Dadang kearah kanan, dan dia pun langsung menghirup aroma wangi parfum mahal yang sudah bercampur dengan keringat, yang terpancar dari tubuh Jennifer Arnelita. Penis Mang Dadang pun dirasa oleh gadis cantik itu semakin mengganjal di belahan pantatnya. Seperti balok kayu untuk mengganjal roda sebuah truk.
“Shit!! Gede banget. Mana keras lagi. Bisa robek nih memek yang selalu gue rawat..” batin si Jenni sedikit gentar.
Birahi binal Jennifer juga mulai menggeliat. Darah mudanya menggelegak kuat memancarkan gairah liar. Dia pun mulai terangsang ketika lidah basah Mang Dadang menyapu dan menguas telak disepanjang batang lehernya, dan itu membuat bulu-bulu halus di sekitar tengkuknya meremang dan merinding.

“Oughh, Mang!! Sshhh!!” Jennifer Arnelita pun tak tahan untuk tidak mendesis dan menggeliatkan tubuh seksinya dengan gerakan sensual merasakan sensasi aneh dicumbu oleh seseorang yang strata sosialnya berada jauh di bawahnya.
Mang Dadang tersenyum senang setelah mengetahui bahwasanya mangsa berparas cantik dan berpayudara mengkel itu mendesah-desah merasakan nikmat dari ulah perbuatannya. Juru kunci hutan tersebut meneruskan rangsangannya dengan merambah daun telinga Jenni. Menjilatinya penuh perasaan, sesekali lidahnya yang basah dan hangat itu didorongnya ke lubang telinga untuk mengorek-korek kenikmatan yang masih tersembunyi. Serangan yang begitu lihai dari Mang Dadang pun menyebabkan Jennifer Arnelita menggelinjangkan tubuh, antara geli dan terangsang.
“Maang!.. Shhh!!.. ummphhfff!!!” lenguh Jennifer ditengah-tengah desahan yang keluar dari mulut berbibir tipisnya.
Telapak tangan kanan Mang Dadang kini mulai merayap perlahan melewati bagian bawah baju Jennifer, kemudian menyentuh lembut perut ratanya dan segera menyusup semakin dalam ke balik bra. Jennifer Arnelita, artis cantik itu menggeliat manja karena tangan kasar milik seorang juru kunci itu terasa geli di kulit pembungkus daging payudaranya yang halus dan mulus licin. Terlebih lagi, ketika dengan nekat Mang Dadang juga menggesekkan jarinya yang besar dan kasar pada puting kemerahannya. Sambil merasakan kekenyalan dan kehalusan sepasang buah dada Jennifer, Mang Dadang pun terus mencupangi lehernya yang jenjang dan tentu saja meninggalkan jejak basah dan bercak-bercak merah pada kulit putih itu. Jennifer diam tak bergerak. Dia mencoba menikmati tingkah predator buas itu di gubugnya yang sederhana. Jennifer hanya bisa menggigit bibir bawah dan dengan kedua mata terpejam, ketika menerima serangan barbar namun terasa demikian erotis dari lelaki paruh baya ini.
 “Uughh!! Wangi banget sih, Neng. Mana kulitnya halus lagi. Hmm.. Bener-bener hoki Mamang nih..” ucap penjaga hutan, seraya menggerakkan tangan yang satunya lagi ke arah bawah perut Jennifer untuk membuka celana army setengah paha yang dikenakannya.
“Mang, pelan-pelan. Auww!!” jerit gadis cantik itu kaget, ketika jari Mang Dadang yang tengah menurunkan retsleting celananya tiba-tiba menekan belahan vagina.
“Hak.. Haak.. Hakk!! Kenapa Neng? Udah ga sabar yaah??” ejek Mang Dadang sembari melihat raut wajah putih Jennifer yang mengerenyit, entah sakit atau malah merasakan nikmat oleh sentuhan jari lelaki paruh baya itu di belahan vaginanya.
Mang Dadang terus bergerak dengan lincah saat menelanjangi gadis cantik yang rambutnya diwarna cokelat itu. Tak perlu menunggu lama-lama, dimasukkan lah tangan kirinya menyusup melewati karet celana dalam, dan melata pelan menuju celah lipatan vagina Jennifer. Mang Dadang bisa merasakan bulu-bulu halus yang menghiasi bagian atas kewanitaannya.

“Ouughh, Maanggg. Shhh..!!” desah artis cantik itu seraya mencoba mengempitkan selakangannya dari serbuan makhluk pemangsa daging mentah.
Telapak tangannya yang semula cuma mengelus dan mengusap permukaan alat kelamin Jennifer, sekarang jarinya pun ikut ber-manuver tajam menukik dan berakselerasi memasuki ke belahan bibir vaginanya, kemudian segera mengaduk-aduk dan mencolok-colok bagian dalamnya yang bergerinjal. Tentu saja, serbuan ganas ini membuat tubuh Jennifer bergetar berkelojotan dan deru nafasnya pun semakin tidak teratur. Dia sudah tak tahan lagi terhadap godaan jari Mang Dadang yang terus saja asyik berselancar di dalam kehangatan vaginanya.
“Aaghh!! Maaangg!! Mmphh!! Uughhh!!” mulutnya yang mungil dan bibirnya yang tipis telah menceracau penuh nikmat. Kakinya pun melemas bagai tanpa tulang.
Mang Dadang mendekap tubuh ramping buruannya itu biar tidak terjatuh, kemudian tanpa ampun dan tanpa basa-basi lagi, lelaki paruh baya itu semakin meningkatkan intensitas serangannya untuk menggempur garis pertahanan gadis itu agar supaya segera takluk menyerah tanpa syarat sepenuhnya dengan cara memainkan klitorisnya. Daging mungil berwarna merah segar diurut-urutnya cepat dengan menjepitkan jari telunjuk dan jempolnya. Sesekali dipencet-pencet dan dipilin-pilin dengan gerakan kadang cepat kadang lambat.
“Maanggg!! Nikmatsshhh bahh.ngeetshh!!.. Aaghhh!!” erangan sensual kembali terucap dari mulut gadis berkulit putih itu.
Sensasi yang diperoleh Jennifer Arnelita pun semakin bertambah tinggi. Tubuh seksinya tersentak-sentak efek dari serangan Mang Dadang. Jennifer sudah memasrahkan diri sepenuhnya dengan membiarkan Mang Dadang untuk terus-terusan mengocok-ngocok vaginanya yang semakin basah dan memerah.
“Hak! Haak!!.. Haak!! Gimana Neng geulis?! Enak banget yak?? Sampe banjir gini. Hajaar bleeehHak! Haak!! Hakk..!!” celoteh mesum Mang dadang di dekat telinga Jennifer.
Muka berkulit putih itu merona merah setelah mendengar ucapan predator liar itu. Dirinya memang sudah terangsang berat, namun disisi lain dia juga harus mempertahankan gengsi untuk tidak mengakui realita yang tengah dirasakannya. Setelah puas mengucek dan mengobel vagina yang jepitannya sangat ketat walau cuma dimasukin dengan jari tangan, Mang Dadang pun mengeluarkan tangannya dari celana Jennifer. Jari yang tadi bersemayam dirongga kewanitaan itu tampak basah dan berkilat oleh cairan lendirnya. Tiba-tiba, dengan gerakan yang cepat diangkatnya tubuh langsing dan seksi itu untuk ditidurkan di atas sebuah dipan atau meja yang teronggok di dalam gubug jaganya.
“Auww!! Mau apa, Mang?! Auuwhhh!! Jangaannn!!” Jennifer Arenelita, mangsa cantik nan menggairahkan itu menjerit-jerit sambil pura-pura mencoba berontak.

Dibaringkannya tubuh seksi yang terbalut kulit putih mulus itu di atas sebuah dipan yang terlihat sudah reot, dan beralaskan selimut tebal walaupun rada buluk. Buah pantat Jennifer yang bulat kencang berada di pinggiran dipan, sehingga tungkai batang kedua kakinya yang jenjang terjuntai menantang karena keindahannya semakin nyata terlihat. Setelahnya, Mang Dadang yang sudah tampak lapar itu dengan cepat langsung melolosi baju ketat beserta bra lalu dilemparkan asal kebawah. Jennifer sudah pasrah akan nasibnya yang sebentar lagi akan menjadi santapan yang terlalu lezat bagi Mang Dadang. Dengan senyum mesum penuh kemenangan, predator hutan kerinci yang buas itu mulai mencondongkan tubuhnya yang kekar dan berkulit gelap warna tembaga untuk menindih gadis cantik yang sudah tak berdaya. Jennifer sedikit menggelengkan kepalanya kekiri dan kanan untuk menolak dan menghindari ciuman dari bibir Mang Dadang.
“Udah, Mang. Cukup! mmhh! Uughhh!!” rengekan yang keluar dari bibir tipis Jennifer itu malah terdengar seperti mengundang Mang Dadang agar segera memagutnya.
Jennifer yang semula tampak keukeuh untuk merapatkan bibirnya, namun pelan dan pasti lama-lama pertahanan yang dibangun nya runtuh oleh rangsangan dan desakan dari lidah Mang Dadang yang tiada henti terus menjilat dan merangsek masuk kedalam mulut mungil berbibir tipis itu. Mulut Jennifer akhirnya mulai terbuka dan nalurinya menyuruh untuk menyambut lidah Mang Dadang. Kedua anak manusia itu sekarang telah beradu cumbuan dengan panas dan liar. Suara angin hutan yang membelai daun-daun pepohonan dan sesekali terdengar kokok ayam hutan pun semakin menambah keerotisan yang tengah mereka berdua peragakan.
“Uughh!! Nghhh!” suara tertahan dari mulut Jennifer yang tengah tersumbat oleh bibir lelaki paruh baya itu terdengar samar.
“Kalo diginiin enak, Neng??” ucap Mang Dadang.
“Aaghh, Maanggg!!!” pekik Jennifer ketika merasakan tangan kasar penjaga hutan itu mengusap lembut bongkahan buah dadanya yang mengkel dan dilanjut dengan memilin puting imut yang sudah mengacung keras kemerahan.
Sambil terus menikmati kenyalnya sepasang toked sekel milik Jennifer, Mang Dadang pun menatap kagum dengan paras cewek cantik yang sudah memerah terbakar api birahi.

“Wajah Neng cantik banget, sumpah kaya bidadari deh Sering nyalon yak?” ujar Mang Dadang terpesona.
“Mamang memang beruntung banget hari ini bisa ketemu Neng, karena sebentar lagi kontol Mamang ini bisa merasakan nikmatnya jepitan memek Neng Jenni yang pasti peret dan wangi. Hak.. Haak.. HakK!!” ceracau Mang Dadang kurang ajar.
“The wild predator will beat me..” keluh Jennifer pelan.
Mang Dadang mulai mengarahkan sasaran bibirnya kearah kedua payudara putih yang sangat menggoda itu.
“Haapp!! Mmmhhh! Mhhh!!” suara yang terdengar sangat sensual ketika mulut tebal Mang Dadang dengan rakus melumat daging segar nan kenyal itu.
Dikelomoh basah, dikuas, dijilati, dan menekan puting yang semakin memerah warnanya itu dengan ujung lidah, kemudian menguliknya ke atas bawah.
“Ouughh, Maanggg!! Hmmphhff!! Shhh!!” desah manja Jennifer Arnelita sambil menekan bagian belakang kepala Mang Dadang agar semakin tenggelam di belahan dadanya yang sedang mengalami proses rangsangan.
Tubuh seksi Jennifer yang mulai dihiasi titik-titik keringat pun dengan mesra langsung menggelinjang dan meliuk indah, tatkala tangan predator buas itu juga mengurut dan meremasi buah dada yang sebelahnya.
“Oooh, Maangg!! Shhh!!” desahnya kembali terucap, ketika Mang Dadang menyentilkan ujung lidahnya pada puting buah toked berulang kali.
Sesekali gigitan kecil juga mendera puting imut yang tampak basah oleh ludah Mang Dadang sang juru kunci hutan. Setelah puas menyusu di kedua toked gadis cantik itu, Mang Dadang pun segera melepaskan sepatu boot bertumit agak tinggi yang dipakai oleh Jennifer agar bisa melolosi celana pendek armynya. Jennifer hanya bisa pasrah total ketika celana pendek dan celana dalamnya ditarik lepas sekaligus, sehingga kedua tungkai batang paha mulus dan vaginanya yang berbulu halus itu terlihat. Hawa hutan dilereng gunung yang begitu dingin langsung menyapa kulit putih tubuhnya yang sudah telanjang bulat tanpa selembar benang pun.

Mang Dadang menyeringai puas melihat tubuh bugil gadis cantik yang terbaring pasrah dihadapannya. Tak menunggu lama, dia pun segera menelanjangi diri sendiri dengan membuka seluruh pakaian yang dikenakan hingga sama-sama bugil. Jennifer terlonjak kaget dan tanpa sadar dia pun langsung membuat double cover pertahanan dengan menyilangkan kedua tangan melindungi toked ala George Foreman dan mengatupkan erat kedua belah tungkai pahanya, ketika sepasang mata sipitnya menangkap pergerakan penis Mang Dadang yang hitam, besar, dan berurat itu sudah mengacung dan tampak berayun karena juru kunci hutan itu mengedut-kedutkannya.
“Jangan takut, Neng. Kontol Mamang memang tampak serem, tapi baik hati kok. Percayalah, Neng Jenni. Di balik kontol yang serem terdapat kenikmatan yang bisa bikin merem. Hak.. Hakk.. Haak!!” kekehan jagal pembunuh telah tampak diantara seringai mesum serigala.
“Sekarang Neng Jenni rebahan aja dulu yaa, biar Mamang meneliti kesehatan dan kebersihan memek Neng ini sebelum Mamang suntik..” imbuh Mang Dadang gokil bak mantri kesehatan seraya berjongkok tepat mengarah di depan liang senggama Jennifer.
“Kurang ajar bener nih, dasar bandot tua.” batin Jennifer Arnelita keki mendengar celoteh Mang Dadang yang akan meneliti kesehatan vaginanya.
Gadis berwajah cantik itu langsung memejamkan mata untuk menahan malu, karena bola mata juru kunci hutan telah lekat mengamati bentuk dari tekstur vaginanya yang masih rapat dengan hiasan bulu jembut yang halus di atasnya. Kedua batang tungkai kaki Jennifer yang menjuntai pun diangkat, telapak kedua kakinya ditaruh di pinggiran dipan dan dikuaknya lebar-lebar. Mata tua predator buas itu menatap tajam ke arah liang senggama Jennifer yang sudah keliatan basah.
“Aaghh, Mang! Uughhh!!” desahan dan erangan gadis cantik itu keluar dari mulutnya yang mungil, saat merasakan hembusan hangat nafas Mang Dadang yang perlahan semakin mendekati lipatan vaginanya dan kemudian menyapukan telak lidahnya yang ber-tekstur kasar pada celah bibir kemaluannya.
Lidah Mang Dadang bergerak semakin lincah dan liar merambah daging mentah yang terjepit di pangkal kedua batang paha Jennifer.

“Haapp!!.. Nyemmhh!! Aemmhh!!” suara dari mulut Mang Dadang ketika berhasil menangkap dan mengelamuti sesuatu yang pastinya menyimpan berjuta misteri kenikmatan.
Lidah basah itu mencoba untuk memasuki rongga vagina dan berharap bisa bertemu dan berkenalan dengan klitoris, pusat rangsang dari gadis berambut cokelat itu. Tubuh telanjang Jennifer tak tahan untuk tidak bergetar dan menggelepar seperti ikan yang terlempar keluar dari sebuah aquarium. Mulutnya menganga membentuk huruf O, mata beningnya pun merem melek ketika mendapatkan serangan lidah kasar yang berasa begitu nikmat. Mang Dadang semakin giat untuk segera memberikan puncak orgasme dengan memutar-mutar, mengobel, dan mengocokkan jari telunjuknya di dalam liang kenikmatan Jennifer. Dia juga merasakan hangat, basah, serta gerinjalan yang menghias kemaluan gadis muda itu. Tangan lainnya tak ketinggalan untuk mengelusi batang paha dan meremas buah pantatnya yang mulus tanpa cela. Permainan yang ditawarkan oleh mulut Mang Dadang pada daerah yang paling sensitif ditubuhnya membuat Jennifer menggialkan tubuh. Gadis yang suka dengan mpek-mpek palembang itu pun luruh dengan emosi jiwa mudanya untuk terus menikmati perbuatan lelaki paruh baya itu.
“Gila!! Pinter banget nih bandot tua ngulik memek gue. Lebih pinter dari Bang Narji. Anjriit, bisa-bisa jebol nih pertahanan gue..” sungut Jennifer dalam hati diantara deru gelombang seksual yang terus menghantamnya.
Predator hutan itu semakin meningkatkan pelayanannya kepada Jennifer dengan menjilat dan mengisap kuat tepat di bibir kewanitaan yang merekah basah.
“Mmmhh!! memeknya wangi, Neng. peret, dan merah lagi dalemnya. Rajin dirawat yaak?” tanya Mang Dadang memuji keindahan kemaluan Jennifer di tengah kesibukan aktivitasnya.
“Udah pernah dimasukin kontol belon, Neng?? Kok masih rapet gini?” tanya Mang Dadang ga sopan.
“Kampret lu! Dasar tua bangka ga pernah liat memek bagus. Huuh!! Pake nanya pernah dimasukin kontol lagii..” keluh gadis berpayudara sedang namun begitu kenyal dan kencang itu.

Tak terasa, ada sekitar sepuluh menit kemudian, tanpa dapat ditahan lagi oleh Jennifer, cairan orgasmenya mulai keluar membanjir dari dalam vaginanya diiringi dengan erangan sensual dan gelinjangan erotis tubuh bugilnya.
“OUU.UUGHH!! AA..AAAGHHH!! SSHHH...!!!” teriaknya keras ketika puncak orgasme diperolehnya dari seorang tua bangka bau tanah juru kunci hutan.
Vaginanya mengedut kuat. Mengempot liar berkontraksi ketika mengeluarkan cairang kewanitaannya. Kedua tungkai kakinya pun mengejat hebat karena Mang Dadang tetap menempelkan erat mulutnya untuk menghisap dan menyeruput setiap cairan orgasme yang masih dikeluarkan melalui celah bibir vaginanya.
“SRUU..UUPPHH!! SRRU.UUPHH..!! Nyaammhh..!!”
Tubuh telanjang Jennifer pun melemas serasa telah dilolosi semua tulang-tulangnya. Kedua matanya terpejam, dengus nafasnya terengah-engah seperti pelari marathon.
“Gimana serpis Mamang, Neng? Bikin nagih kan? Hak.. Haakk.. Hakk!!”
“Sekarang giliran Mamang yaa, untuk merawanin Neng Jenni. Tentunya kalo Neng Jenni masih perawan. Hak.. Haak.. Hakk!!” imbuh Mang Dadang seraya menyiapkan senjata berhulu ledak cairan ajaibnya yang hangat itu.
Gadis cantik itu terlalu lemas untuk bergerak dan menolak permintaan Mang Dadang, sehingga dia pun tampak pasrah menghadapi makhluk pemangsa yang sedang berdiri di depannya itu. Mang Dadang mulai menempatkan tubuhnya di antara kedua tungkai paha berkulit putih Jennifer. Kepala penisnya yang besar bak jamur itu sudah mengeluarkan cairan libido. Perlahan namun pasti, kepala penis yang disanggah batang berotot itu sudah menempel di bibir vagina yang tampak peret, kedua betis Jennifer pun langsung dia letakkan di pundaknya kanan kiri.
“Siap yaa, Neng. Mamang akan segera meluncurkan rudal scud. Tahan bentar yaak..” ucap Mang Dadang mencoba untuk menahan nafsu binatangnya.

Jennifer Arnelita, artis cantik yang seru itu mulai merintih tertahan menahan perih pada saat penis besar yang penuh dengan ukiran urat menonjol itu mulai menyeruak dan menyusup masuk ke dalam celah bibir lipatan vaginanya yang begitu legit. Predator buas penjaga hutan itu juga tampak ikutan meringis menahan sakit, ketika merasakan kulit lonjoran batang kontolnya tergesek begitu erat oleh setiap bagian dinding vagina Jennifer yang bergerinjal dan hangat. Dengan sabar dan telaten, akhirnya setelah beberapa kali gerakan memompa dan tarik dorong yang keras maupun lembut, kontol perkasa itu tertelan dan terbenam seutuhnya.
“Aaa..aaaghhh!!” lolongan keras membahana menyertai proses penetrasi yang berakhir sukses dengan termakannya seluruh penis Mang Dadang oleh vagina Jennifer.
Batang penis berwarna hitam sudah menancap di dalam vagina Jennifer sampai pangkalnya dan terasa sangat sesak. Meski sudah ga perawan lagi, akan tetapi penis yang memerawaninya dulu tidaklah sebesar dan sekekar punya Mang dadang. Buah peler juru kunci hutan itu pun ikutan menempel di lubang anal Jennifer.
“Ooghh, Nengg!! Umphhfff!! En.nyaakK bang..ngettshh!! Uughh! Sempithh dan legit, meski udah gak perawa.aanhh!!” ucap Mang Dadang sambil mulai pompaannya.
Bandot tua pemangsa wanita itu segera meningkatkan ritme kocokan, dan goyangannya, sehingga tak ayal lagi, lonjoran kontol yang besar dan berurat itu menggesek dan merojok semakin dalam. Bahkan, ketika Mang Dadang menekan keras penisnya dengan menghentak-hentak ke dalam, kulit dan tonjolan otot dibatang bagian atasnya ikut menekan clitoris mungil Jennifer.
“Ooughh, Maanggg!!” rengek Jennifer seraya mengerinyitkan matanya menahan rasa perih yang bercampur rasa nikmat.
“Bener kan yang Mamang katakan tadi, Neng? Pasti enak. Heeghh..!!” sahut penjaga hutan itu seraya menghentakkan penisnya semakin dalam.
Kedua buah dadanya yang membusung ikut berayun menggemaskan seirama dengan getaran yang mengguncang tubuhnya yang berkilat karena keringat. Untuk membuat Jennifer semakin menikmati persetubuhan, Mang Dadang juga meraih bulatan susu gadis cantik itu yang sebelah kanan dan meremasnya dengan gemas. Mengurut-urut dan juga memelintir putingnya. Gairah liar Jennifer semakin ninggi, membuat dia lebih berlaku binal dalam merasakan kenikmatan hubungan yang tak lazim itu. Terbukti dia juga ikut menggoyangkan pinggulnya, menggocek penis berurat Mang Dadang yang masih terus mengocok vaginanya yang peret.
“Huuftt!! Neng Jenni capek ga?” tanya Mang Dadang sambil ngosh-ngoshan.
Jennifer tak sanggup menjawab pertanyaan bandot tengik itu. Dia hanya menggelengkan kepala dengan lemah.

“Sekarang Neng Jenni nungging yak. Biar Mamang kawinin Neng dari belakang. Pasti lebih assoyy! Hak.. Haak.. HakK!!” celotehnya yang malah membuat Jennifer semakin terangsang.
Jennifer Arnelita, gadis berhidung mancung itu menurut saja oleh apa yang diminta oleh predator buas penjaga hutan. Mang Dadang pun mengatur posisi dan strateginya dalam rangka mendobrak vagina mangsanya. Sementara, mangsa cantik yang sudah dibobolnya tadi berdiri dengan pantat yang ditunggingkan, tangannya bertumpu pada dipan reot yang beberapa menit barusan ditidurinya. Dengan sengaja, Jennifer pun menggoyang-goyangkan pinggul berpantat putihnya itu dengan gerakan erotis. Menggoda Mang Dadang yang masih terpana melihat keelokan goyang pinggulnya.
“Nakal yaa, si Eneng. PlaakK!.. PlaakK!!” kata Mang Dadang yang merasa dipermainkan gairahnya oleh jennifer Arnelita dan dia langsung menabok kedua pantatnya.
“Auuww!! Aauuwww!!” jerit Jennifer dengan nada yang menggoda.
Bilur warna merah segera menghias di atas permukaan kulit pantat Jennifer yang bulat itu. Mang Dadang pun tak sabar untuk kembali memasuki vagina berbulu halus itu dari arah belakang.
“Ouughh yeeshhh!!! Aaaghhh!! Aaghhh!!” desah mangsa Mang Dadang secara continue.
“Ben.neer beneerrr per.reetshhh, Neengggg!!!” Aaghh!! Umphhfff!!” lenguh Mang Dadang merasakan jepitan vagina Jennifer Arnelita yang memang menggigit dan sangat nge-grip itu.
Mang Dadang memaju-mundurkan pinggulnya yang memompa kemaluan bercelah sempit itu sambil berpegangan pada kedua buah dada ranum Jennifer. Mulut dengan bibir tebalnya juga turut sibuk menciumi dan menjilati pundak, tengkuk, dan leher bagian belakang yang berbulu lembut. Semua itu membuat Jennifer serasa melayang terbang diatas langit biru. Jennifer menoleh ke belakang dan memandang ekspresi wajah Mang Dadang yang juga merem melek keenakan. Tangan kanannya segera merangkul leher Mang Dadang, menariknya untuk lebih mendekat dan bibir tipisnya langsung memangut bibir tebal Mang Dadang dengan segenap nafsu. Lelaki paruh baya itu pun dengan senang hati melayani tarian bibir gadis muda usia itu. Membalas pagutan dan mencium balik dengan hot dan liar. Kecipak air ludah keduanya pun terdengar jelas saat lidah mereka berdua masih saling membelit dan beradu. Air liur itu sekarang tampak menetes-netes di sela sudut bibir keduanya.

15 menit sudah pertempuran birahi dalam posisi berdiri itu terjadi, Jennifer merasa tusukan batang penis Mang Dadang semakin kencang dan tak beraturan. Penis berurat itu terasa mengembang lebih besar di dalam vaginanya pertanda bahwa sebentar lagi penjaga hutan itu akan segera meledakkan senjata pamungkasnya.
“Mam.mangg.. Mam.maangg.. KEEL.KELUAARRGHHH, NEENGGG..!!! AA..AAAGGHHHH!!!” teriakannya begitu keras dan menggema seantero hutan.
“I..iyaa, Mang. Ougghh!! JENNI J.JUGAAKHHH DAPEETTSHHH!! AAGHHH!! SSHHH!” Jennifer pun berteriak tak kalah keras seraya tetap mengulegkan bulatan pantatnya dengan cepat merajam batang penis Mang Dadang.
 “CROOTHH!! CCROOOTHH!! CROTHHH!!”
Dan disusul cairan peju yang hangat dan kental menyembur berkali-kali untuk memenuhi rahim Jennifer. Mang Dadang melenguh panjang, batang penisnya masih dia pompakan di saat sperma itu keluar deras otomatis dia pun juga merasakan betapa ketat empotan dan kedutan otot vagina mangsa cantik yang digagahinya itu. Ketika peinsnya dia tekan sampai mentok, cairan sperma yang di semburkannya sebagian meleleh keluar melalui sela-sela pertautan kedua alat kelamin mereka dan membasahi selangkangan Jennifer.
“Gila!! Pejunya anget banget di dalem memek gue, mana banyak lagi. Bener-bener perkasa kontol Mang Dadang..” gumam Jennifer Arnelita dalam hati.
Setelah beristirahat sejenak, gairah keduanya pun bangkit lagi karena didukung faktor alam yang berhawa dingin maka sangat cocoklah kalo dilewatkan dengan acara membakar birahi. Mang Dadang memposisikan tubuh seksinya yang bugil untuk merangkak di atas dipan. Mang Dadang tersenyum puas karena dilihatnya memek Jennifer telah belepotan sperma. Bentuk vagina yang tadinya rapi dan rapet, sekarang tampak melebar dan semakin memerah warnanya. Bulu jembutnya yang basah pun ikut terlihat berkilat.
“Bleeshhh!!” kembali Mang Dadang memasukkan penisnya.
“Ouughhh!! Yesshhh!!!” jerit gadis cantik berambut cokelat itu seraya meliukkan tubuhnya ketika batang penis Mang Dadang mendongkel celah lipatan bibir vaginanya.
Predator buas itu pun dengan sigap langsung menghujam-hujamkan penisnya dengan berbagai manuver yang tajam. Jennifer menyempurnakan pergerakan penis Mang Dadang yang sedang melakukan agresi itu dengan irama desahan yang sinkron. Sensasi nikmat kembali mengaliri tubuh gadis itu, bahkan membanjirinya.

Sampai sesaat kemudian, dia merasa bahwasanya dinding dalam rongga vaginanya yang berbulu lembut itu mulai berdenyut dan denyutannya pun semakin cepat sehingga menjepit kuat penis berurat yang sedang menusuknya.
“AA..AAGHHH MAANGGG!!.. OUWHH SHIITTT!! JEN.. JENNIII DAP.DAPEETSHHH! LAGII.IIIHHHH!!”” jerit mangsa cantik sang predator, ketika akan mendapatkan puncak birahi.
Desahan juga lenguhan Jennifer semakin menggila, ketika dia merasakan ada sesuatu yang meledak dari dalam tubuh yang berpusat pada vagina peretnya, yang saat ini sedang dan masih tersumpal oleh penis besar Mang Dadang.
“SHEERRHH!!.. SHERHHH!.. SHEEERRHHH!!” tubuh seksinya mengejang hebat, menggelinjang, dan berkelojotan sehingga cairan kewanitaannya bercampur aduk dengan cairan sperma yang tadi ditumpahkan oleh Mang Dadang.
Dan sekarang, kedua jenis cairan yang dihasilkan oleh dua pabrik yang berbeda itu meleleh keluar membasahi paha bagian dalamnya, dan perlahan mengalir turun ke arah lutut. Mang Dadang yang tidak tahan dengan empotan ayam Jennifer Arnelita ketika dilanda klimaks pun cepat-cepat mengeluarkan penisnya “PLOOPHHH!!”
“Sepongin yaa, Neng. Mamang juga udah mau keluarrghh!!!” ucap Mang Dadang tak tahan.
Karena ingin membalas kenikmatan yang telah diberikan dengan sempurna oleh juru kunci hutan itu, maka Jennifer pun langsung meraih penis yang basah penuh lendir. Sembari memejamkan mata, dimasukkannya benda berbentuk bulat lonjong dan tumpul itu ke dalam mulutnya. Jennifer mencoba untuk tidak merasakan jijik dengan bau dan bulu jembutnya yang semrawut tidak karu-karuan kaya tembakau alias ngruntel. Artis cantik berkulit putih licin itu mulai mengulum, menghisap, mengelomoh, dan memainkan lidahnya membalur sepanjang batang Mang Dadang. Telapak tangan kanannya yang halus juga turut mengocok-ngocok untuk menambah kenikmatan bandot tua pemangsanya.
“Mmm!! Gitu nengg.. Enn.nyakK! Uughhh!! Sedap bahh.ngetshhh!!” celoteh Mang Dadang sambil merem-melek menikmati emutan lembut dari bibir tipis Jennifer.
“Enak yaa, Mang??” tanya Jennifer sambil mengocok penis dan dengan wajah nakal menatap Mang Dadang.
“Iiyaah, Neengg!! Aaghh.. Aangetshh!!”

Cuma sebentar Mang Dadang mampu untuk bertahan dari sedot dan emutan Jennifer. Saat ini juru kunci hutan sudah mulai mengerang panjang dan menggerung bak binatang yang akan disembelih.
“AA.AAARGGHHH, NEENGG!! SSHHH!.. UUUGHH YEESHHH!! KEL.KELUARGHHH!!” jerit parau sang penunggu hutan.
“CROTHHH!!.. CCROOTTHH!!.. CRROOTTHHH!!” bersamaan dengan suaranya yang menggaung di seantero hutan, menyemprotlah sperma hangat yang masih saja kental itu di dalam mulut mungil Jennifer. Jennifer mencoba untuk menampung benih adik bayi itu sebisa mungkin agar tidak tumpah, meskipun harus gelagapan karena ternyata cairan itu keluarnya masih cukup banyak. Sebagian cairan kental berwarna putih itu meluap membasahi bibirnya.
“UhuukK!.. uhuukK!!” Jennifer tersedak sperma dan terbatuk-batuk.
“Peju Mamang banyak banget nih. Sebeel!!” rutuk gadis cantik yang barusan kena entot Mang Dadang.
“Hehee.. Tapi enak kan, Neng?? Makasih yaa, Neng. Ngentot sama Neng Jenni bener-bener nikmaattt.”
“Huuh!! Enak di Mamang ga enak di Jenni dong..”
“Hak.. Hakk.. Haakk!!”

#########################
Api unggun di depan gubug penjaga hutan tampak berayun mengikuti gerak hembusan angin malam. Suara ribuan binatang malam pun semakin santer terdengar, sehingga menambah suasana malam menjadi sedikit lebih horror. Apalagi gonggongan mirip serigala juga samar-samar sesekali terdengar. Udara yang semakin dingin menggigit tulang menyebabkan Jennifer mengenakan jacket gunungnya yang tebal. Celana panjang kain yang tebal pun ikut mencoba menghangatkan kaki si pemakainya
"Sedang ngapain, Mang?" tanya Jennifer lembut memperhatikan apa yang sedang dilakukan lelaki paruh baya itu.
"Ooh Neng Jenni dah bangun yaa. Ini lagi bikin api unggun sekalian mau bakar ayam hutan yang kemarin Mamang berhasil tangkap. Pasti Neng Jenni laper kan?? hehee.." jawab Mang Dadang yang cuma memakai jacket dan celana kolor komprang.
"Mungkin sudah terbiasa dengan dinginnya malam." batin Jennifer.
"Iyaa nih, Mang. Jenni laper banget.." jawab artis muda itu dengan wajah seperti orang yang bener-bener kelaperan.
“Bentar, Neng. Biar Mamang ambil ayam hutannya. Udah Mamang bersihin kok isi perutnya jadi tinggal panggang aja." jelas Mang Dadang seraya beranjak kebelakang gubugnya.
"TULIT..TULIT.." suara hape Jennifer berbunyi.
"Si Rey pasti khawatir nyariin gue. Ni juga tumben ada sinyal.." gumamnya seraya menekan tombol hijau.
"Hallo, Rey.." sapanya lembut.
"Woi, Jen!! Gila, lu dimana?? lu baik-baik aja khan? ga tersesat khan??" berondongan pertanyaan dengan nada cemas segera menyerang telinga Jennifer.
"Hehee.. Iya gue baik-baik aja kok, Rey."
"Terus sekarang posisi lu dimana?" tanya seorang cowok dari seberang telephone yang selama ini berusaha pedekate ke Jennifer.
"Gue dah balik ke Jakarta, Rey. Sori yaah, pasti semua jadi kepikiran sama gue. Gini, Rey. Tadi kan gue jalan paling akhir sambil potret-potret pemandangan gitu kan, nah tiba-tiba ada telephone dari orang rumah, ngasih tahu kalo ada sodara gue yang masuk rumah sakit dan urgen banget, makanya tadi gue cepet-cepet turun gunung sendirian mumpung masih terang. Gue juga dah nyoba teriak manggil pendaki yang paling terakhir sebelum gue tapi dia ga denger. Mau calling elu juga ga tiba-tiba ada signal, Rey. Yaa udah gue langsung cabut aja balik. Maaf yaah, Rey. Sampein juga sama temen-temen yang lain.." terang Jennifer gambling, dan tentunya berbohong.

Tentu tidak mungkin Jennifer bilang kejadian yang sesungguhnya kepada cowok yang sedang berusaha pedekatein dirinya, juga mengingat reputasinya sebagai artis.
"Ooh gitu ceritanya, Jen? Fyuuh lega deh gue kalo gitu. Iyaa deh ntar biar gue kasih tahu temen-temen yang laen. Terus sodara lu gimana?" tanya Rey masih dari seberang telephone.
"Dia udah ditangani dokter. Dan udah baikan kok."
"Siip dah kalo gitu. Ya udah Jenn, buruan istirahat yaa.." saran Rey yang terdengar senang setelah mengetahui keadaan Jennifer yang baik-baik saja.
"Thanks perhatiannya, Rey. Salam buat temen-temen yang lain yaah. Byee."
"Oke, Jenn. Bye.."
"TUUT.. TUUT.. TUUUT.." bunyi suara telephone yang ditutup.
Jennifer terdiam sambil memandangi api unggun yang sekarang tampak lebih tenang tak berayun lagi seperti tadi.
"Ternyata Mang Dadang ga sejahat yang gue kira. Dia baik dan perhatian.." batin artis cantik bertubuh seksi itu.
"Nih Neng Jenni, ayamnya dah siap kita panggang." ucap Mang Dadang yang tiba-tiba nongol dari arah belakang Jennifer.
"Wah pasti lezat nih ayam." gumam Jennifer seraya menahan air liur yang hampir menitik keluar.
"Tentu dong, Neng. Meski bumbunya cuma kecap sama garam. hehee.." imbuh Mang Dadang sambil memperlihatkan botol kecap kecil dan bungkusan plastik berisi garam dapur.
"Mari kita panggang!!" seru gadis cantik yang memeknya sudah berhasil di-kontolin Mang Dadang.
Sambil mulai memanggang ayam yang ditusuk pake sebuah bambu panjang dan dibumbui kecap sama garam, Jennifer pun beringsut mendekatkan dirinya ke arah Mang Dadang yang sedang jongkok sambil memutar-mutarkan tusukan bambu agar ayam hutan yang dipanggang tidak gosong.

"Mang.." tanya Jennifer membuka pembicaraan.
"Iya Neng." jawab singkat Mang Dadang tanpa menolehkan wajahnya yang tetap menatap kobaran api unggun.
"Sudah berapa lama Mamang jadi penjaga hutan ini?"
"Sudah puluhan tahun, Neng. Semenjak istri Mamang meninggal."
"Ooh maaf, Mang."
"Hehe.. Gapapa kok, Neng." sahut juru kunci hutan itu seraya menerawang kehidupan masa lalunya ketika masih bersama isterinya.
"Kenapa milih tinggal di hutan sih?" tanya Jennifer sambil tangan kirinya memeluk kaki kanan Mang Dadang yang ditekuk.
"Dulu, Mamang kecewa sama keadaan hutan ini yang gundul dan parah keadaannya. Padahal banyak penduduk sekitar sini yang hidup dengan mencari apa yang ada didalam hutan ini. Mencari ranting, berburu, memancing, dan lain sebagainya. Semenjak Istri Mamang meninggal, Mamang langsung mengabdi untuk menjaga kelestarian hutan kerinci ini." jelas Mang Dadang.
"Soal makan dan obat-obatan? gimana kalo Mamang sakit?"
"Setiap bulan dari Pemda ngasih bantuan, Neng. kadang para anak-anak mapala atau pendaki ngasih sesuatu sama Mamang tapi kebanyakan bahan makanan."
"Ouw gitu yaah Mang."
"Iyaa, Neng."
Ketika Jennifer melongokkan kepala untuk menambah ranting pohon sebagai bahan bakar api unggun, sepasang bola matanya menangkap sesuatu yang terjulur keluar dari celah celana pendek komprang yang dipakai Mang Dadang.
"Gila nih kontol, malah nongol. Ga puas apa tadi mejuhin memek sama mulut gue. Dasar udik, pasti ga punya celana dalem deh.." kata Jennifer dalam hati.
Dengan iseng, tangan kirinya yang merangkul kaki kanan Mang Dadang pun mulai menyentuh dan membelai halus kepala dan leher penis Mang Dadang yang terjulur.

"Eeh, Nengg!!" pekik Mang Dadang kaget, karena setelah melihat apa yang terjadi dibagian bawah perutnya. Ternyata batangnya sedang dielus-elus oleh telapak tangan Jennifer yang lembut dan halus.
"Enak, Mang?" Hmm??" goda gadis cantik itu sambil tetap membangunkan penis yang masih tertidur.
"I..iyaa neng. Enak.. Uughh!!" lenguh Mang Dadang merasakan nikmat kala ujung penisnya dielus Jennifer.
"Kalo Mamang lagi pengen gitu, gimana dong ngelampiasinnya? kan disini sendirian??" Jennifer pun mulai mengocok lonjoran batang penis yang mulai menggeliat itu.
"Uumphhff!! palingan ngo..ngocok, Neng.." jawab Mang Dadang melenguh keenakan.
“Sshhh!!.. Ouughhh!!” desah nikmat kembali lagi terdengar dari mulut penjaga hutan, seraya memejamkan mata ketika kocokan dari telapak tangan halus Jennifer berubah menjadi remasan-remasan lembut yang membikin sesak nafasnya.
"Enak mana Mang? Ngocok sendiri sama di kocokin gini. Hihii.." goda Jennifer genit sambil menambah kecepatan gerakan mengocoknya, mengocok penis pria itu.
"Aaghh Neng.. Enakk di kocokin s.sama Neng Jenni.. Uughh!!" lenguh keras sang penjaga hutan karena Jennifer mengurut ketat dari pangkal sampe kepala kontol yang sekarang sudah mengeras.
"Kontolnya gede banget, Mang. Keras lagi." kata Jennifer sambil mengelus dan meratakan cairan precum keseluruh bagian kepala penis Mang Dadang.
"Aah Neng Jenni bisa aja. Ummphff!! Sshhh aaghh!!" sela sang juru kunci hutan diiringi desahannya.
Mang Dadang masih membolak-balikkan bakaran ayam hutannya. Aroma harum mulai memancar dari daging ayam yang berbumbu kecap sama garam dapur. Jennifer mengambil matras yang ada di sampingnya, kemudian menggelarnya di depan Mang Dadang yang masih berjongkok. Tak berapa lama kemudian, dengan memiringkan tubuh ke arah lelaki paruh baya itu, kepalanya sudah berada tepat di depan penis yang mengacung keras terjulur melalui lubang kaki yang sebelah kanan. Tanpa ragu, Jennifer Arnelita beringsut memajukan kepala, dan mendekatkan bibir tipisnya. Dia mulai mengecup kepala penis Mang Dadang yang membonggol besar. Lidah merah gadis yang menjadi mangsa juru kunci itu mulai terjulur keluar untuk menjilati cairan birahi Mang Dadang yang berasa asin.

"Clepp!.. Cleep!" suara lidah Jennifer yang sedang membalur kepala kontol pun terdengar seiring angin malam yang berhembus. Dilumat-lumatnya dengan bernafsu ujung lonjoran kontol yang memerah itu.
“Aaaghhh, Neng Jenni!" pekik Mang Dadang ketika penis hitam berurat kebanggaannya ditelan mentah-mentah masuk ke dalam mulut mungil Jennifer.
Lidah lancip gadis berdarah Kalimantan itu pun mulai melata dan membelit. Dengan mengempotkan pipi, ditariknya mulut berbibir tipis itu keluar pelan-pelan "PLOOPH!!"
"Gimana Mang, suka? hmm.." tanya Jennifer sambil mulai mengoleskan penis itu ke arah wajahnya.
"Su.. Sukaa, Neng.." jawab Mang Dadang dengan menggialkan tubuh saat Jennifer mulai menjilat leher bawah penisnya dengan gerakan naik turun.
"Sleephh.. Cleeppt.. Cleeph!!" suara hot dari sepongan terdengar menggairahkan.
Jilatan basah lidah Jennifer begitu nikmat ketika membalur penis besar yang kekar itu.
"Auwh, Neng!!" jerit Mang Dadang sewaktu Jennifer dengan nakalnya menggigit kecil batangan penis yang semakin mengeras seperti pentungan hansip.
"Duch kaciaan. Sakit ya Mang? Hihii.." goda Jennifer dengan raut wajah binal.
Mulut mungil yang hangat kepunyaan gadis berhidung mancung mulai menghisap sekujur lonjoran batang kontol dengan gerakan seperti meniup seruling.
"Oughh Neng! Aakhh! anget banget mulutnya.." erang Mang Dadang sambil mengusap kepala Jennifer, ketika kepala penisnya terbenam dan terendam di dalam kehangatan mulut Jennifer.
Ketika mulut mungil Jennifer menelan setengah dari penis Mang Dadang, digeleng-gelengkannya kepala dengan rambut warna cokelat itu. Pak tua penjaga hutan kembali mengerang dan menggelinjang, karena serangan oral gadis cantik yang rebah miring di depannya begitu dahsyat dan binal.

Tak lama kemudian, berkedut-kedut lah batang penis Mang Dadang dan siap untuk meledak. Sambil melepas kulumannya, jari tangan Jennifer langsung menggantikan dengan kocokan. Tak lupa pula gadis bertubuh ramping itu segera memposisikan wajah tepat di depan kepala penis Mang Dadang.
"Aakhh Neng Jenni!! Sshh!! Ouggh.. Neng! Aaghh!!" jerit parau Mang Dadang, sang Predator, ketika spermanya sudah mau muncrat.
"NENG.. JEN.NII!! MAMANGG KEELLL.. UUAARRHH!.. AA..ARGGHHHH!!!" teriak lelaki paruh baya itu sambil menyembur dan menyemprotkan sperma kentalnya di seluruh permukaan wajah Jennifer.
"CRO0T!.. CROO0T!! CROTT!! CROOTTT!!.. CROTTT!!" wajah cantik Jennifer Arnelita pun langsung berlumuran cairan putih yang hangat dan lengket.
"Uugh Neng. Enaak banget." kata Mang Dadang penuh kepuasan.
Hebatnya lagi, ketika mengalami puncak orgasme, penjaga hutan itu juga telah selesai membakar ayam hutan. Terakhir, tanpa mempedulikan wajahnya yang basah kuyup terkena peju, Jennifer melakukan pembersihan terhadap penis Mang Dadang dari cairan lendir sampai mengkilat.
"Makasih banyak, Neng." kata Mang Dadang seraya memberikan potongan ayam hutan bakar.
"Sama-sama, Mang. Hehe.." jawab Jennifer langsung melahap ayam.
"Neng Jenni ga bersihin wajah dulu?" tanya juru kunci hutan terheran.
"Gapapa kok Mang. Biar kulit wajah tambah mulus. Hahahaa.." jawabnya ngasal.
"Eh Mang. Ngomong-ngomong besok anter Jenni keluar hutan ya. Mau balik ke Jakarta aja." pinta Jennifer.
“Ga ikut nyusul rombongan temen-temen, Neng?”
“Ga ahh, Mang. Males. Mending Jenni balik pulang aja ke Jakarta.”
"Oke deh,Neng kalo begitu. Dengan senang hati ntar Mamang anter sampai terminal desa." sahut Mang Dadang cepat.
“ Makasih yaa, Mang.”

#######
Mang Dadang mengantarkan Jennifer Arnelita sampai ke terminal desa untuk mencari angkudes yang menuju ke terminal induk, dan kemudian naik bus arah tujuan Jakarta. Tak lupa, Mang Dadang pun juga memberikan buah-buahan dari hasil hutan untuk Jennifer sebagai ucapan terima kasih karena sudah diizinkan untuk mencicipi tubuh seksinya. Sementara itu, kehidupan Jennifer Arnelita pun tak berubah tetap seperti biasanya. Aktivitas shooting, nge-mc, jadi guest star dibeberapa dialog interaktif, ngisi acara off air, jadi bintang iklan, dan masih bejibun aktifitas lainnya. Hidupnya bener-bener indah. Dua bulan sudah peristiwa di hutan kerinci berlalu. Pagi itu di sebuah kamar apartemen yang lumayan mewah, tampak Jennifer sedang bangun dari tidurnya walau masih bermalas-malasan di atas ranjang.
"Duuch akhir-akhir ini kenapa kepala gue suka pening dan perut sering mual yah? Mana pake muntah segala. Brengsek nih morning sick, ehh..Jangan jangaaan.." gumam Jennifer khawatir seraya bangun dari ranjang di kamar apartemennya.
Tak berapa lama dari arah toilette terdengar suara Jennifer yang sedang muntah.
"Hoek!.. Hoeek!.. Hoek!!"
Wajah gadis cantik berkulit putih mulus itu tampak pucat. Dia balik lagi ke dalam kamar dan terlihat sibuk mengubek-ubek isi tas jinjing kesayangannya untuk mencari sesuatu.
"Mana yaa? Kok ga ada sih? Hmm.. Nah ini dia." ujarnya sembari memegang sebuah benda yang biasa tersedia dijual di apotik dan toko obat.
Gadis berdarah Kalimantan itu langsung kembali menuju ke toilet. Entah apa yang akan dilakukannya dengan benda yang baru saja diambil dari dalam tas. Suasana hening sesaat. Tak berapa lama Jennifer keluar dari dalam toilet, wajah pucatnya menegang, jari tangan kanannya masih memegang benda kecil warna biru. Mata bening yang selama ini memancarkan sinar ceria masih terlihat terbelalak seakan tidak percaya ketika melihat hasil dari test pack yang menyatakan bahwa dirinya positif hamil.
"Gu.. Guee bunting.. Mampus dah." ujar Jennifer terbata-bata.
"Pasti gara-gara kemarin itu dia nembak didalam memek gue?" keluhnya putus asa.
Nightmare comes true ?
Categories: ,