Ida
namaku, mahasiswi 20 tahun di salah satu universitas di Surabaya. Aku
berjilbab, tapi bukan jilbab biasa, aku adalah seorang akhwat yang juga menjadi
pengurus di masjid kampusku. Namun aku cenderung supel, senang tersenyum,
periang dan aktif. Seperti akhwat-akhwat lainnya, aku sangat menjaga pakaianku,
meski cukup sulit menemukan pakaian terusan yang tidak menonjolkan payudaraku
yg berukuran 36B. Kesalahanku adalah aku terlalu supel dan cepat dekat dengan
laki-laki tanpa memikirkan bahwa mungkin saja mereka memiliki niat jahat. dan
itulah yang terjadi.
Siang itu
teman akrab sekelasku (yang sudah kuanggap sebagai kakak sendiri) yang bernama
Taufik mampir ke kostku. seperti biasanya, saat siang keadaan kostku sangatlah
sepi. saat itu aku sedang tidak ada kuliah, jadi aku sendiri di kost. Taufik
mengucapkan salam dan akupun membalasnya. Lalu kami ngobrol di ruang tamu yg
letaknya tidak jauhdari kamarku (kamarku paling depan). Setelah duduk, Taufik
menyerahkan bungkusan yang ternyata berisi juice alpukat, kesukaanku.
“tumben bawa ginian?” tanyaku. “ada acara apa nih?”
“nggak, cuman tadi abis ke warung juice sama Yogi dan faruk” jawabnya santai.
Akupun membuka minuman itu dan meminumnya. Taufik lantas mengeluarkan buku
pelajaran dan duduk di sampingku sambil memintaku mengajarinya.
Beberapa menit kemudian aku merasa agak gerah, langsung saja kuhabiskan es
juice pemberian Mas taufik.
“panas ya?” kata mas Taufik, aku cuma mengangguk.
Rasa gerah itu lama-lama berubah menjadi sebuah perasaan yg aneh, tiba-tiba saja
jantungku berpacu kencang.
“Da… kamu dah putus sama si Hildan ya?” tanya mas Taufik. aku hanya mengangguk
pelan sambil berusaha memfokuskan pikiran. Tiba-tiba tangan mas taufik
menyentuh pundakku dan menarikku ke pundaknya.
Entah apa yangaku pikirkan tapi badnku sangat lemas dan tidak bisa bergerak.
belum habis heranku, tiba-tiba terasa gatal di sekitar kemaluanku, kemaluanku
teras panas, dan aku dapat merasakan putingku mengeras.
“kenapa Da?” tanyanya lgi, belum aku menjawab, mas Taufik sudah mencium pipiku
dan lalu semakin mendekat ke bibirku hingga akhirnya dia mencium bibirku. aku
tidak bisa bergerak aku hanya memalingkan wajah begitu mas Taufik menghentikan
cumbuannya.
Tanpa banyak kata tangan Mas Taufik turun ke payudaraku yg masih terbungkus
pakaianku dan mulai meremasnya.
“jangan…” kataku lemas… vaginaku terasa semakin panas dan gatal,sedang putingku
semakin mengeras. aku mencoba menggerakkan diriku tapi tidak mampu.
Mas Taufik meneruskan remasannya sambil tangan satunya mencopoti kancing depan
baju terusanku. dalam hitungan menit, tangannya menyelusup ke dalam bajuku dan
terus ke dalam Bra-ku, kini Mas Taufik menyentuh payudaraku langsung. Tanpa
sadar aku mendesah lirih dan badanku terangkat saat Mas Taufik menyentuh dan
mulai meremas payudaraku. Ciumannya di bibirku semakin ganas, dan aku terbawa,
aku membalas ciumannya, melupakan ke akhwatanku selama ini.
jari jemarinya memilin-milin kecil putingku hingga aku benar-benar terangsang.
Tiba-tiba dia menarik tangannya keluar dari bra-ku dan mulai masuk ke dalam rok
panjangku dari arah bawah. Sekali lagi aku tak mampu melawannya, ciuman panas
di bibirnya dan sentuhannya di kemaluanku (yang terbalut CD) membuatku semakin
terbawa. Di bawah sana, aku sudah sangat basah. Ini memang bukan pertama
kalinya tubuhku dijamah lelaki, kekasih pertamaku, Hildan, pernah memasukkan
tiga jarinya saat main ke kost, malah dia melakukan saat ada teman-teman kost,
untung saja teman kost tidak tahu.
Perlahan tapi pasti Mas Taufik menarik Celana Dalamku hingga benar-benar lepas,
kini tangannya bermain-main di permukaan bibir vaginaku, sesekali menyentuh
klitorisku, membuatku tanpa sadar mendesah.
“jangan disini” ujar Mas Taufik tiba-tiba. “nanti kelihatan orang, kita ke
kamarmu saja” Dan tanpa basa-basi lagi Mas Taufik menuntunku (yang sudah sangat
lemas dan terangsang) ke dalam kamarku.
Kamarku tidak memiliki daun pintu, hanya ditutup kain kelambu, itu kamar paling
depan dan akses ke ruang tamu paling cepat, itu sebabnya aku memilih kamar itu,
meski tidak ada pintunya. soalnya teman-temanku sering datang kemari.
Di kamar, Mas Taufik tidak menunggu lama, dia merebahkanku di ranjang dan mulai
menggulung rok-ku ke atas, hingga dia dapat melihat dengan jelas vaginaku yg
sudah basah. Bajuku di singkap dan Bra-ku dinaikkan sehingga payudaraku juga
terlihat, dia mengecup dan memainkan lidahnya di payudaraku, menghisap-hisap
putingku hingga aku lebih sering lagi mendesah. Beberapa menit melakukan itu,
dia melepas celana panjangnya berikut CDnya. dan inilah pertama kalinya aku
menyaksikan tongkol laki-laki. dia memegangkan tanganku ke kemaluannya dan
memintaku mengocoknya. aku belum tau harus bagaiman jadi yang aku lakukan malah
meremas-remasnya. Tak lama kemudian Mas Taufik membuka kedua kakiku dan
menggesek-gesekkan kemaluanny ke vaginaku, aku merasa sangat nikmat, detik
berikutnya dia mulai mencari lubang dan melakukan penetrasi.
Aku tersentak karena sakit yang luar biasa! tiba-tiba kesadaranku pulih! aku
mendorong tubuh Mas Taufik yang menindihku, tapi dia malah menekankan tubuhnya.
“Sakit!!” ujarku sambil meringis menahan sakit, “jangan!! sakit!! sudah mas!
jangan!” pintaku.
Tapi satu hentakan berikutnya terasa sangat menyakitkan, Mas Taufik terus
menekan-nekankan tongkolnya hingga benar-benar amblas. Aku menangis meringis
menahan sakit, tanpa banyak kata, Mas Taufik mulai menarik kembali tongkolnya
dan membenamkannya lebih dalam lagi. aku kembali tersentak.
“Hmmmpphh” desahku menahan sakit. Mas Taufik melakukannya berulang-ulang sambil
terus menahan tubuhku yang berontak, dia menggejotku semakin cepat dan cepat,
tiba-tiba tirai pintu kamarku terbuka, dan aku dapat melihat Yogi dan Faruk
masuk ke kamarku.
“bisa juga ternyata Aida dient*t” komentar Yogi sambil tersenyum melihat Taufik
yang menggenjotku makin keras.
“hebat kamu fik, akhwat juga bisa kamu ent*t” tmbah Faruk.
Aku meronta tapi tak ada tenaga, Taufik mempercepat gerakannya, Yogi dan faruk
duduk di kursi kecil di tepi ranjangku, menyaksikan Taufik yang semakin
menggenjotku, tiba-tiba ada suara langkah dari ruang tamu, lantas terdengar
suara wanita dewasa, Ibu Kost! pikirku setengah panik, aku berusaha menahan
desahan dan eranganku sebisa mungkin. Mengetahui itu, Mas Taufik bukannya
memperlambat malah mempercepat genjotannya.
lalu tiba-tiba mencabut penisnya dan mengeluarkan spermanya di atas perutku.
Aku berusaha bangkit tapi Yogi dan faruk (yang sudah telanjang) menekan tubuhku
kembali berbaring.
“jangan…. jangan… yog…. sudah…” ucapku lemas.
Tubuhku sudah sangat lemas dan entah mengapa rasanya libidoku masih tinggi,
tanpa perlawanan berarti yogi menancapkan penisnya ke vaginaku dan memompanya.
“habis kamu perawani” ucap Yogi sembari menggenjotku, “tapi masih sempit”.
“jangan dibuang didalam” ujar Taufik (yang sudah kembali berpakaian) “siapa tau
dia dalam kondisi subur” tambahnya sambil pergi keluar kamar.
Faruk yang dari tadi meremas-remas payudaraku mulai melepas bajuku diikuti rok.
“sekarang kita lihat rambutmu Da..” ujar Faruk sambil melucuti jilbabku. aku
tak berdaya, yogi masih menggenjotku makin kencang, penisnya keluar masuk
dengan cepat, tubuhku sampai sedikit terguncang. setelah melihat rambutku yang
sebahu, Faruk menempelkan penisnya ke bibirku dan memaksaku mengoralnya. aku
menolak, tapi dia menekan terus, hingga akhirnya penisnya bisa masuk, dia
menggoyangkan penisnya searah, lalu memaksaku memakai lidah, terpaksa aku
menurutinya.
Yogi mencabut penisnya dan memberi isyarat pada Faruk, segera Faruk melesakkan
penisnya ke vaginaku, saat keperawananku direnggut, aku digilir tiga orang
sekaligus!!.
Yogi mendekatkan penisnya ke mulutku dan menekannya masuk, begitu penisnya
didalam, dia menekan kepalaku dan mengeluarkan spermanya di mulutku. aku
meronta, tapi Yogi terus menahan, apalagi Faruk memutar-mutarkan penisnya,
membuat aku tak bisa konsentrasi melawan, Yogi tidak segera mencabutnya,
sehingga terpaksa aku menelan spermanya.
20 menit Faruk memakaiku, setelah akhirnya dia mengeluarkan spermanya juga di
dalam mulutku. kejadian itu, direkam oleh Yogi lewat HPnya. setelah insiden
itu, mereka mengancam akan mengedarkan rekaman itu, dan aku harus siap untuk
dipakai mereka lagi. yang paling aku sesalkan adalah jumlah mereka terus
bertambah dan berganti-ganti saat memakaiku, aku jadi budak seks mereka. aku
tidak bisa melepas jilbab karena keluargaku adalh keluarga Islam yg terpandang.
Ternyata bukan hanya aku korban mereka, satu sahabat baikku (bukan akhwat)
Yungky (pacar Taufik sendiri) diperawani dan digarap oleh cowok satu kelas saat
berlibur di Villa Malang dulu. (end)
Huda masih menyodok vaginaku dalam posisi Doggy Style, desahan-desahan kecil
keluar dari mulutku yang sudah lemas ini. Tak lama Huda mempererat goyangannya
dan mencengkeram pinggangku sambil memasukkan penisnya lebih dalam lagi.
“Engggh….” erangku pelan saat merasakan cairan sperma Huda yang hangat memenuhi
liang senggamaku. Ini adalah pertama kalinya Huda menyetubuhiku. Dengan ini,
berarti semua pria di kelasku sudah pernah menyetubuhiku, menikmati tubuh yang
sehari-harinya kubungkus dengan jilbab dan pakaian layaknya akhwat yang
lainnya.
Tubuhku tersungkur lemas di lantai kamar Yogi yang dilapisi karpet warna hijau,
Huda mengambil tissue dan membersihkan ceceran sperma yang menetes di karpet.
Malam ini aku terpaksa (lagi) menginap di rumah Yogi, orang tuanya sedang ke
rumah neneknya, jadi dia hanya tinggal dengan adik laki-lakinya yang saat ini
kelas 2 SMU. Tanpa sepengetahuan Yogi sendiri, adiknya sering menunggangiku
kalau Yogi keluar, bahkan pernah mengajak teman-temannya menunggangiku
bersamaan.
Kupaksakan kaki yang masih lemas untuk mengenakan kembali pakaian dan jilbabku,
lalu keluar ke kamar mandi untuk mencuci tubuh, seusai mandi aku meminum pil
anti hamil, seperti malam-malam sebelumnya. Sebelum aq terlelap dalam tidur,
Yogi sempat mengingatkan tentang camping bersama yang akan diadakan 2 hari dari
sekarang, bersama anak-anak kelas C. Hanya 2 gadis dari kelas B yang diajak
yaitu aku dan Yungky (yang juga telah menjadi budak seks mereka), jadi aku tahu
sekali kalau aku akan jadi bahan pertukaran antar kelaCatur membawakan tas
punggungku dan menaruhnya ke dalam bak truk tentara yang akan menjadi sarana
transportasi kita ke Malang. Sebenarnya tidak perlu menyewa truk, toh ini hanya
camping biasa, bukan OSPEK. Anak-anak kelas C sibuk menaruh barang mereka di
truk masing-masing, begitu pula kami. Siswa kelas C ada 55 orang, tapi yang
saat ini ikut camping hanya sekitar 20 orang, 15 cowok dan 5 cewek. Sedangkan
seluruh cowok kelas kami (kelas B) yang berjumlah 25 orang ikut semua, yang
cewek hanya 4 orang, aku, Yungky, Adhelia dari kelas E dan Poppy dari kelas F.
Entah bagaimana, tapi sepertinya Taufik dkk telah berhasil membuat mereka
berdua menjadi budak seks juga.
Diantara pria kelas C ada seseorang yang bernama Agung, yang sering digosipkan
menaruh hati padaku, setiap aku melewati kerumunan anak-anak kelas C pasti
mereka menyebut nama Agung keras-keras. Dan sepertinya sebentar lagi dia akan
ikut menikmati tubuhku.
“Oke Aida, Adhel ama Yungky ikut truk anak kelas C” komando Taufik. Aku sempat
protes tapi mereka tidak peduli, sebagai gantinya, 4 cewek kelas C ikut truk
kelas B. sepertinya mereka mau meraba-raba tubuh kami di sepanjang perjalanan
nanti.
Walhasil aku sekarang duduk diantara cowok-cowok kelas C yang saat membantuku
naik ke truk tadi dengan sengaja menyentuh-nyentuh pantatku. Dan dengan sengaja
juga mereka mendudukkanku di sebelah Agung sambil dari tadi menggodaku. Agung
memang pernah bilang ke teman-temannya kalau dia naksir aku sejak semester
satu.
Truk berjalan, makan waktu 3 jam untuk sampai di lokasi camping di Malang, aku
dan Agung hanya mengobrol saja. Lalu Agung mulai memberanikan diri memegang
tanganku, aku diam saja, Agung terlihat sangat kikuk. Yang lain mulai menyoraki
Agung agar bertindak lebih jauh, Agung semakin bingung dan salah tingkah. Tidak
sabar melihat sikap Agung, Anton, ketua kelas C menghampiriku dan menarik
tanganku sehingga aku berdiri.
“begini loh Gung!” ujar Anton sambil mendekap tubuhku dari belakang, tangan
kanannya meremas-remas buah dadaku yang masih tertutup pakaian terusan. “nih,
terus diginiin” katanya sambil meletakkan tangan kirinya tepat di
selangkanganku, lalu mulai menggerak-gerakkan jarinya dari luar rokku. Tak
perlu waktu lama bagi libidoku untuk naik, aku memang paling tidak tahan bila
daerah selangkangku dipermainkan. Apalagi saat itu semua mata di truk memandang
ke arahku, secara refleks aku mengeluarkan desahan halus tanda kenikmatan.
Tiba-tiba Anton menghentikan aktifitasnya dan mendorongku jatuh ke pangkuan si
Agung. “tuh! Gituin! Cepetan! Yang lain juga pengin!” ujar Anton sambil kembali
duduk di tempatnya.
Aku kini duduk di pangkuan Agung, penisnya yang sudah tegang terasa sekali
menonjol menyentuh pantatku. Tanpa banyak bicara dia meremas payudaraku dari
luar, akupun menjatuhkan tubuhku pasrah dipangkuannya. Tidak perlu waktu lama
bagi tangannya untuk menyentuh dan membuka kancing depan bajuku dan dalam
sebentar saja tangannya sudah menelusup ke balik BHku, meremas dan
memain-mainkan putingku yang sudah dari tadi mengeras. Aku memalingkan wajahku
ke belakang dan bibir kamipun berpagutan, kecupan-kecupan berubah menjadi
hisapan-hisapan sebelum akhirnya menjadi sapuan-sapuan lidah yang sangat
menggebu-gebu. Tangan kanannya masih aktif dengan payudara kiriku sedang entah
sejak kapan, tangan kirinya telah bermain menusuk-nusuk selangkanganku. Aku
menjadi sangat horny, aku tidak tinggal diam, tangan kiriku meremas-remas
tonjolan di celananya, tampaknya dia sangat menikmatinya.
Aku sudah tidak tahan lagi, biasanya kalau sudah begini cowok di kelasku pasti
sudah menyodorkan penisnya untuk ku oral. Tapi Agung tampak sangat polos.
“Aku isep ya?” akhirnya aku tidak tahan untuk tidak memintanya, Agung melepas
pelukannya, aku berdiri lalu berlutut di dekat selangkangannya, dan mulai
membuka resleting celananya. Di sisi lain truk terdengar desahan keras, begitu
kutoleh ternyata Adhelia dan Yungky sudah mulai dipakai bersamaan. Aku jadi
semakin horny, begitu penis Agung yang lumayan panjang dan kurus itu keluar
dari celananya aku segera mengocok dan memasukkannya ke dalam mulutku, kuhisap
dan kukeluar-masukkan ke dalam mulutku dengan cepat, diiringi sapuan lidah dan
ludaku, Agung mengerang keenakan sambil nafasnya terus memburu. Akhirnya
setelah beberapa menit mengoral, Agung berdiri dan merebahkan tubuhku di kursi.
“aku nggak tahan Da, aku pakai kamu sekarang…” ujarnya dengan nafas tak teratur
sambil tangannya menggulung rokku hingga ke pinggang, dan langsung melucuti
celana dalamku, dia membuka celana dan celana dalamnya, lalu membimbing
penisnya ke vaginaku yg sudah lumayan basah.
Dalam hitungan detik dia menusukkan penisnya, tubuhku menggelinjang sambil
mendesah keras, detik berikutnya, dia mengeluar-masukkan penisnya dengan
berirama dan sangat cepat, membuat erangan dan desahanku semakin cepat juga.
“akh akh ukh akh a…gung.. akh aaah… ssshh…” desahku mengimbangi goyangannya yang
semakin cepat.
“uuuh… Da… memiawmu enak banget… ah… ah… nikmat…” ceracaunya sambil
menggenjotku lebih kencang dan dalam, aku semakin menggeliat-geliat, desahanku
jadi berubah menjadi sedikit berteriak. Luar biasa sekali, Agung mampu
mempertahankan bahkan menambah kecepatan genjotannya dalam waktu cukup lama,
kira-kira 15 menit, biasanya cowok-cowok kelasku sudah mulai tidak teratur
irama genjotannya pada waktu segitu. Agung meletakkan kedua tangannya ke
payudaraku yang berayun, menjadikan mereka daya tumpu genjotannya.
“Aw…akh akh akh uh akh ah ahaaa ahaa akh…” desahku semakin kencang, aku hampir
saja orgasme ketika kurasa Agung menghentikan genjotannya dan melesakkan
penisnya lebih dalam.
“Ahhak…akh…” desisku saat penisnya menancap sangat dalam dan memuntahkan cairan
hangatnya di rahimku. Sial pikirku, padahal aku hampir saja orgasme.
Melihat Agung telah mencapai ejakulasi, Anton (yang ternyata dari tadi
memperhatikan) bergegas menarik tubuh Agung ke belakang. “Minggir loe! Lama
amat dari tadi” katanya sambil menjauhkan Agung dariku. Tanpa banyak kata Anton
mendekatiku dan melepas celana serta celana jeansnya. Penisnya yang kepalanya
cukup besar di pegangnya dengan tangan kanan. Anton mengangkat kedua kakiku dan
meregangkannya, hingga vaginaku yang sudah bercampur dengan cairan Anton
terpampang jelas. Detik berikutnya aku mengerang saat kepala penisnya mulai
memasuki liang kewanitaanku.
“augghm… ehm…” desahku. Anton menekan terus penisnya hingga seluruh batangnya
tertanam di vaginaku.
“gila… bener-bener enak… hebat kamu Da” puji Anton sambil mulai menggenjotku.
“aah…akh..akh ekhm..uukh..hhh…sshhh” ceracauku saat penisnya keluar masuk
dengan cepat. “augh..ugh…ugh…” jeritanku semakin kencang, begitu pula genjotan
Anton. Tidak butuh waktu lama bagiku untuk kembali larut dalam permainan seks,
karena tadi aku sudah hampir orgasme.
Wawan dan Satria bergerak menghampiri tubuhku yang sedang digenjot oleh Anton.
Di tengah-tengah desahanku, dengan santai mereka membantuku duduk dan
melepaskan semua kancing baju depanku lalu melucutinya diikuti BHku. Sementara
Anton tidak menghentikan aksinya sama sekali, membuat tubuhku sedikit
terlonjak-lonjak.
“jilbabnya biarin aja” ujar Satria. “jadi lebih hot”.
Tubuhku direbahkan kembali, aku hanya menurut karena tubuhku memang sudah
terasa sangat lemas. Sementara Anton semakin memasuk-masukkan penisnya semakin
dalam, membuatku mengeluarkan teriakan-teriakan kecil.
Tidak lama kemudian Satria sudah menyodorkan penisnya ke mulutku, dan
memasukkannya. Sambil menikmati genjotan Anton, aku mengulum, menghisap, dan
menyapu batang penis Satria sampai Satria mengerang-erang kenikmatan.
“Hmph! Hmph slurp slurp ehkmm…” tubuhku mengejang keras. Aku orgasme, Satria
dan Anton menghentikan gerakan mereka ketika tahu aku mencapai orgasme. Setelah
beberapa detik mengejang, aku kembali lemas. Anton mencabut penisnya lalu
memberi isyarat pada Satria agar minggir. Begitu Satria minggir, Anton
membalikkan tubuhku yang benar-benar sudah lemas, dan menarik pantatku, aku
tahu yang dia inginkan, doggy style…
Anton di belakang dan Satria di depan, dengan kedua tanganku bertumpu pada paha
Satria Anton mengobok-obok vaginaku lagi. Dipegangnya pinggulku kencang, lalu
digerakk-gerakkannya dengan cepat, kembali jeritan-jeritan kecil keluar dari
mulutku. Tapi jeritanku tidak lama, karena setelah itu, Satria yang penisnya
tepat di wajahku, menarik kepalaku dan mengarahkan penisnya ke mulutku.
Anton menggoyangku maju-mundur, dan itu membuat penis Satria terkocok oleh
mulutku. Dan semakin kencang genjotannya, semakin cepat juga penis satria
terkcok. Benar saja, tidak sampai 2 menit kemudian, Satria mencengkeram
kepalaku yang masih tertutup jilbab dan mengeluarkan spermanya ke dalam
tenggorokanku. Aku mencoba menelan semuanya, tapi sebagian spermanya masih
menetes ke jilbabku. Satria mencabut penisnya dan duduk tidak jauh dengan wajah
penuh kepuasan. Wawan menggantikan posisinya, sambil meremas-remas buah dadaku,
dia memasukkan penisnya ke mulutku.
Sementara di belakang, Anton mencengkeram dan menguatkan pegangannya pada pinggulku,
membuat gerakannya semakin kencang dan dalam, Rintihan dan jeritanku tertahan
oleh penis Wawan. Kemaluanku terasa perih bercampur nikmat, Anton menunggangiku
dengan kasar sekali, sepertinya dia menumpahkan semua nafsu birahinya padaku.
Sampai akhirnya tubuhnya mengejang, dibenamkannya penisnya ke vaginaku sedalam
dia mampu, dan dapat aku rasakan dia menyemburkan spermanya kedalam rahimku.
Sesaat ketika Anton terdiam dan menikmati ejakulasinya, Wawan mendorong
kepalaku hingga penisnya terkocok mulutku. Aku menggunakan lidahku, dan
tampaknya dia keenakan.
Akhirnya Anton mencabut penisnya.
“Dasar pelacur!” katanya sambil memukul pantatku, aku sudah tidak peduli lagi,
kata-kata itu sudah sering aku dengar. Wawan mencabut penisnya, menekan
pinggulku dan memasukkan penisnya ke vaginaku, masih dalam doggy style. Aku
sendiri sudah sangat lemas, tubuhku aku biarkan terkulai di bangku truk,
sementara Wawan terus menunggangiku, mencari kenikmatannya sendiri. Desahan dan
desisanku sudah sangat lemas, meski masih jelas terdengar.
Wawan menumpahkan spermanya diwajahku, bukan mulutku, tapi wajahku, sehingga
jilbabku jadi belepotan terkena spermanya. Cairan kental itu berceceran di
hidung, pipi dan mataku. Setelah mengeluarkan semua spermanya, dia
menggesek-gesekkan penisnya ke bibirku. Dan sebelum pergi, Wawan meremas
payudaraku kencang sekali sampai aku meringis kesakitan.
Aku lemas dan tebaring beberapa saat, sebelum akhirnya aku memaksakan diri
mengambil tissue basah di tasku, lalu membersihkan sperma Wawan di wajahku, dan
juga di kemaluanku. Setelah itu, aku mengenakan pakaian lengkapku lagi. Di
sepanjang sisa jalan, aku diapit oleh tiga orang, Rio, Aris dan Nanang, Rio
menarikku dipangkuannya dan menikmati payudaraku dari luar, sampai pakaian yang
aku kenakan jadi kusut. Sementara Aris dan Nanang bergantian memacu penisnya
dimulutku. Mereka tidak menunggangiku karena waktu yang tidak memungkinkan.
Hanya Nanang yang sempat berejakulasi di dalam mulutku, Aris tidak. Setengah
jam kemudian kami tiba di bumi perkemahan Malang, tempat pesta seks kami
berikutnya.
Truk tentara yang kami gunakan menuju bumi perkemahan di Malang itu telah
berhenti di pelataran parker. Aku dibantu oleh Agung dan Anton menurunkan tas
ranselku. Dari kejauhan aku melihat Taufik sedang berbincang-bincang dengan
kedua sopir truk itu. Dan entah apa itu perasaanku saja, tapi kedua sopir truk
itu seolah melihat ke arahku.
Begitu selesai menurunkan barang, teman-teman segera menuju ke kapling
perkemahan yang sudah disewa, kecuali Anton dan Taufik yang sepertinya masih
ada urusan dengan para sopir truk itu. Tidak lama kemudian Taufik memanggilku,
kontan saja perasaanku berubah jadi tidak enak. Benar saja, setelah mendekat,
Anton langsung mengambil alih barang bawaanku dan bergegas pergi, sedangkan Taufik
bicara perlahan ke arahku.
“bapak-bapak ini pingin make kamu Da, kamu naik ke dalam truk gih!”. Ujar
Taufik pelan, aku tahu benar, ini perintah bukan permintaan. “ini pak Basuki
dan yang ini pak Aryo” ujar Taufik sambil memperkenalkan aku kepada kedua sopir
itu.
Keduanya berpostur tubuh bagus meski sudah berumur sekitar 40-an, itu karena
mereka adalah supir truk mariner. Potongan keduanya cepak, hanya saja Pak Aryo
berkulit gelap. Akhirnya akupun naik ke bangku depan truk, diapit Pak Basuki
yang memegang kemudi dan pak Aryo. Taufik sendiri tidak ikut. Aku jadi takut,
selama ini aku belum pernah melayani laki-laki yang usianya jauh lebih tua
dariku, apalagi aku tidak tahu mereka akan membawaku kemana.
“kembali utuh lho pak…” pesan Taufik ketika mesin truk sudah menyala dan mereka
siap pergi. Pak Basuki hanya tersenyum lebar. “beres” ucapnya. “utuh kok,
paling cuman gak kuat jalan aja..”.Mendengar kata-kata itu aku langsung dapat
membayangkan kalau mereka akan membantaiku habis-habisan. Tapi aku tetap berusaha
tenang. Tangan pak Basuki menggapai tuas persneling, tapi oleh dia sengaja
dilarikan ke selangkanganku yang tertutup rok tipis. Dia meremas kuat bagian
itu, membuatku sedikit menggelinjang. Setelah itu, truk meninggalkan areal
parkir. Baru beberapa menit dari bumi perkemahan, tangan Pak Aryo sudah
menjelajah di tubuhku, mulai dari paha hingga dadaku, bahkan menyelusup ke
balik jilbabku dan melepas kancing-kancing atasku. Lalu meremas-remas
payudaraku dari balik bra.
Pak Basuki sama saja, kendati memegang kemudi, tangannya membimbing tanganku
untuk membuka resleting celananya dan memainkan barangnya. Akupun menuruti
kemauanya. Sampai akhirnya Pak Aryo menyingkap rokku ke atas, jarinya menelusup
ke balik CD ku dan memainkan jarinya keluar masuk kewanitaanku. Aku sudah tidak
berdaya, dengan baju dan jilbab yang kusut dan rok yang tersingkap, aku Cuma
bisa mengerang, semakin cepat permainan jari Pak Aryo, semakin keras eranganku.
Tubuhku kusandarkan lemas pada dada Pak Aryo yang semakin bernafsu memainkan
vaginaku, nafasku tidak teratur, vaginaku benar-benar becek.
Akhirnya truk itu berhenti di sebuah jalanan sepi. Aku dan mereka berdua turun
dan melanjutkan permainan ke bak belakang truk yang sebelumnya sudah ditutup.
Tanpa segan mereka berdua melepas pakaiannya dan melucuti seluruh pakaianku,
termasuk jilbab dan kaus kakiku. Aku ditelentangkan di lantai truk, Pak Basuki
memasukkan penisnya yang lumayan besar ke mulutku, akupun menghisapnya. Sedang
Pak Aryo asyik meremas dan menjilat serta menggigit-gigit putting susuku.
Mereka melakukannya bergantian.
Puas dengan mulutku, mereka mengambil posisi, Pak Basuki yang pertama, dia
melebarkan selangkanganku dan menancapkan penisnya sedikit-demi sedikit,
seolah-olah dia sangat menikmati hal ini.
“eghhhh…ehmmm..akkkkh…….” ceracauku, Pak Basuki tetap tenang dan mengerang
pelan sampai seluruh penisnya amblas ke dalam vaginaku. Lalu dia membiarkanku
mengambil nafas. Sebelum dengan tiba-tiba dia menggenjotku dengan irama yang
teratur dan cepat, aku kesakitan, meringis dan menjerit, tapi genjotan Pak
Basuki malah semakin menggila. Herannya, berapa menit kemudian aku orgasme. Ini
adalah orgasme tercepatku, mungkin ini bedanya kalau disetubuhi oleh orang yang
lebih tua dan berpengalaman. PAk Basuki membiarkan aku sebentar, lalu kembali
memompa penisnya di dalam vaginaku.
Aggh…ah…hmm…sshh… desahanku semakin kencang, libidoku naik kembali, tubuhku
berkelenjotan digenjot Pak Basuki.
“enak banget… ehm… enak banget m3mekmu… sempit… kmu apain?” tanyanya sambil
mempercepat genjotannya.
“ugh…ra..rajin…mm..minum daun sirih pak…ahh…sshh…. enak pak…” jawabku
terputus-putus.
Dua puluh menit Pak Basuki menindihku, kewanitaanku benar-benar terasa perih
dan panas.
“ah…aukkkh…agh..agh…agh…auwww” aku hanya menjerit sambil menggeleng-gelengkan
kepalaku menahan sakit. Tubuhku benar-benar dihimpit dan kemaluanku benar-benar
dipacu sangat kasar dan cepat. “sss…sssakit…agh….agh…auww…uhuhhh…” tanpa sadar
aku mengeluarkan air mata. Pak Basuki tidak perduli. Waktu terasa sangat lama
berjalan, rasa nikmat memang ada, tapi begitu juga rasa sakit.
“bapak keluar… keluarin di dalam ya?” katanya berbisik ditelingaku sambil
menekan-nekan penisnya lebih dalam dan cepat lagi. Aku hanya mengangguk pelan,
cowok-cowok memang suka banget ngeluarin di dalam, pikirku.
Akhirnya Pak Basuki menusukkan penisnya dalam-dalam, aku yang menyadari kalau
dia mau ejakulasi menyambutnya dengan erangan keras. Dan cairan hangat
menyembur ke rahimku.
Tubuhku penuh dengan keringat, keringatku dan Pak Basuki. Pak Basuki sendiri
terlihat sangat puas.
Pak Aryo tidak menyia-nyiakan kesempatan barang semenit, dengan santai tubuhku
yang lemas dibimbingnya dan kepala juga dadaku dinaikkannya ke jok truk, dia
mau menunggangiku dari belakang.
“engghh… pelan pe..lan… agghh…” Aku yang sudah lemas hanya bisa melenguh pelan
saat k0ntol pak Aryo melesak masuk ke vaginaku. Mudah saja penisnya masuk,
vaginaku sudah amat basah dari campuran cairan kewanitaan dan sperma pak
Basuki. Pak Basuki sudah mengenakan baju lengkapnya, dan beranjak keluar. Tak
lama kemudian, mesin truk menyala.
“eengh….ah…ah… ehm..ehmm…” lenguhku saat Pak Aryo asik mengent0tku di posisi
doggy style. Payudaraku yang terhimpit jok ikut bergoyang karena tubuhku sudah
benar-benar lemas.
“Enak banget tempikmu lonte!!” kata Pak Aryo sambil mempercepat pacuannya. “Gua
bakal ent*t loe ampe pagi! Tempik cewek jilbaban emang beda!!.” katanya.
Kupingku panas mendengarnya, tapi aku benar-benar tidak bisa melakukan apa-apa.
Aq hanya bisa merintih dan semakin keras merintih. Tiba-tiba Pak Aryo menarik
rambutku, hingga tubuhku tertekuk ke belakang, genjotannya semakin kencang, aq
bisa mendengar bunyi kocokan penisnya di kemaluanku, tangan kanannya
mencengkeram pinggulku erat-erat, dan dia terus memperkuat genjotannya.
“Aaaah! Aaakh! Aakh pak! Sss..sssakit! Sakit!” jeritku.
“Diam loe lonte jilbaban!!” Bentak Pak Aryo.
Aku terus menjerit, tapi Pak Aryo tidak perduli. Setelah beberapa saat,
akhirnya dia melepaskan jambakan dan genggamannya, mambalikkan tubuhku dan
memerintahku. “Pake jilbabmu!” Ujarnya kasar, sambil menangis aku mengenakan
jilbabku. Pak Aryo mengeluarkan hp-nya dan mulai menekan tombol rekam. Dia
menyodorkan k0ntolnya ke wajahku.
Tanpa disuruh, aku menghisap tongkolnya cepat-cepat, beberapa menit kemudian
dia menarik lepas tongkolnya dan mengeluarkan air maninya di wajahku, sangat
banyak, menetes2 hingga menodai jilbabku, lalu dipaksakannya tongkolnya masuk
ke mulutku, dan ajaib! Dia mengeluarkan air maninya sekali lagi didalam
mulutku, aq menelannya dan menjilati k0ntolnya hingga benar-benar bersih.
Semuanya direkam olehnya.
“puas banget gua ngent*t cewek jilbaban kayak loe”. Katanya, “sekarang pake
baju loe semua, kecuali bra ama CD!!”. Aku menurut saja.
Setelah merapikan pakaianku aku merasa truk mulai berhenti. “ayo turun, kita
mampir sebentar” ujar Pak Aryo. aku menurut saja, dan begitu melihat sekitar
ternyata aku berada di sebuah Markas batalyon di Malang. tampak seorang tentara
muda mendekat dan berbincang-bincang dengan Pak Aryo.
“kamu bakal kita balikin ke kamp da..” ujar Pak Basuki pelan. “tapi ga mungkin
dengan keadaan kumal gitu, kamu mandi dulu disini, toh kita juga butuh mandi,
dan setelah mandi ntar kamu layanin dulu tentara muda itu, dia komandan disini”
“layani dia pak?”
“iya, ngent0t ma dia, tapi kayaknya dia bakal ajak beberapa orang
kepercayaannya”
“aduh pak, saya capek, bapak tau sendiri kan tadi perjalanan Surabaya-Malang
saya dipake temen-temen, trus dipake bapak-bapak”
“iya deh ntar saya coba lobby supaya dia ga ngajak temennya banyak-banyak, tapi
kmu pinter ya? minum daun sirih buat ngesetin m3mek kmu?”
“saya emang dah biasa pak, dari kecil”
Pak Aryo selesai bicara dengan tentara muda itu, lalu mereka mendekatiku.
“kamu ikut mas Pras ini, mandi sana trus kita pulangin ke kamp”
Aku menurut saja, mengikuti Pras dari belakang, ia mengantarku ke sebuah kamar
mandi di belakang barak, dan aku terkejut mengetahui kamar mandi itu gak ada
pintunya.
“dah kmu mandi sana” ujar Pras sambil mencolek dadaku, “ntar aku sama temenku
make kamu di kamar mandi itu oke?”.
“mas sendiri aja ya?, ga usah pake temen?” pintaku memelas.
“lho? kenapa?”
“saya capek mas, hri ini digilir banyak orang”
“oke deh, ya udah mandi sana, saya liatin dari sini”
Perlahan tapi pasti aku memlepaskan jilbabku, rambutku yang sebahu tergerai
luluh, Mas Pras masih memandangiku dengan senyum-senyum sendiri. Meski sedikit
risih, aku mencoba bertahan dengan melepaskan pakaian terusanku, dan segeralah
terlihat payudara dan vaginaku yang memang tak tertutup bra maupun CD. Aku maju
sedikit untuk menyentuh air di bak, dingin sekali, pikirku, segera kuambil
segayung air dan sambil mencoba mengacuhkan dinginnya mala itu aku mengguyur
tubuhku dengan air, dan mulai mandi. Kuambil sabun batangan yang ada di dekat
bak dan kugosok-gosokkan ke tubuhku. Begitu selesai aku mengambil handuk dan
mengeringkan tubuhku, belum selesai aku mengeringkan tubuhku, Mas Pras sudah
menubrukku dari belakang, meremas-remas payudaraku lemas, aku mengerang sedikit
dan pasrah dalam pelukannya.
Tidak butuh waktu lama bagiku untuk hanyut dalam cumbuan Mas Pras, dan juga
tidak butuh waktu lama bagiku untuk menyadari kalau dia tidak lagi mengenakan
celana, penisnya menegang dan menggesek-gesek belahan pantatku.
“isep!” katanya agak kasar di telingaku.
Aku segera berbalik, berlutut di depan k0ntolnya dan mulai membuka mulutku,
memasukkan kepala penisnya dengan hati-hati, memainkan lidahku, dan
menghisapnya sekuatku.
“ehmm… engg…” erang Mas Pras setiap kuhisap penisnya kuat-kuat.
“masukkan…hmm…. Yang dalam…” perintahnya, tanpa menunggu dia memegang kepalaku
dan mengocok penisnya dalam mulutku.
Aku sedikit sulit berkosentrasi dengan tarikan di kepalaku, sekitar 2 menitan
dia melepas kepalaku dan menarik k0ntolnya dari mulutku.
“pegangan ke bak, aku mau nunggangin kamu dari belakang!” perintahnya, dan
segera setelah aku menungging dia melesakkan k0ntolnya ke temp1kku.
“Akkhh…” desahku kecil saat k0ntolnya menembus tiap lapis dinding luar
vaginaku. Tanpa menunggu lama, mas Pras menggoyangku. Erangannya merasakan
setiap kenikmatan saat menunggangiku menggema ke seluruh kamar mandi. Membuat
desahanku juga jadi semakin kencang.
“ukh… enak… lama banget ga ngerasain tempikk… ukh…” ujarnya sambil memepercepat
tunggangannya.
“akh! Akh!… akh… uuh… ssshh…” desahku sambil berusaha menerima goyangannya yang
semakin kencang. Wajahku megap-megap dan mataku merem melek menikmati
goyangannya.
Dicengkerammnya pinggulku dan ditekannya penisnya dalam-dalam sambil menarik
pinggulku, sehingga pantatku menekan perutnya, aku jadi lemas, pasrah, dan
lelah, kenikmatan yang kurasakan lambat-laun semakin mengambil-alih kendali
atas tubuhku.
“akh! Akh!…uhmm… teruss… mas… aku… samp…sampai… AAAAgH!!!” akhirnya tubuhku
mengejang, Mas Pras menghentikan gerakannya sekitar lima detikan, lalu kembali
menunggangiku. Setelah beberapa menit dia menghujamkan penisnya dalam-dalam dan
mengejang, aku dapat merasakan hangat spermanya yang mengisi kewanitaanku.
Setelah puas dia memintaku membersihkan penisnya dengan lidahku.
“enak banget!” katanya, “aku bawa ke barak ya? Biar dient0t ma temen-temenku
juga?” katanya, tapi aku buru-buru menolak sambil memasang wajah lemas. Untung
dia mengurungkan niatnya.
Malam itu aku dikembalikan ke Bumi Perkemahan Malang, dimana ternyata anak-anak
sedang pesta seks gila-gilaan di alam terbuka, bahkan beberapa pria yang ikut
bukan dari kampusku.